|
Kaisar Napoleon di ruang kerja Istana Tuileries
|
Napoleon Bonaparte, atau Napoleon I lahir dengan nama
Napoleone Buonaparte (dalam bahasa Korsika: Nabolione) di kota Ajaccio, Korsika
pada 15 Agustus 1769, 3 bulan setelah jatuhnya Korsika ke tangan Perancis.
Lahir dari pasangan Carlo Buonaparte dan Maria Letizia Ramolino. Napoleon
adalah anak ke dua dari delapan bersaudara. Di usia Sembilan tahun (1778),
Napoleon disekolahkan di sekolah militer Perancis di Brienne-le-Chateau. Dia meraih nilai gemilang
di bidang studi matematika dan geografi. Setelah lulus, Napoleon muda
melanjutkan studi di Ecole Royale Militaire di Paris, di mana dia menyelesaikan
studinya selama dua tahun. Ketika lulus pada 1785, Napoleon muda ditugaskan
pada resimen artileri La Fère sebagai Letnan Dua. Pada masa awal revolusi
Perancis, Napoleon melaluinya di Korsika. Terjebak dalam tiga faksi berbeda
antara royalis kerajaan, revolusionis dan nasionalis Korsika. Napoleon memilih
bergabung dengan Jacobin dan mengomandani batalyon milisi Korsika dengan
pangkat Letnan Kolonel. Juli 1792, Napoleon dipromosikan menjadi kapten dalam
tentara reguler.
Juli 1793, Napoleon ditunjuk sebagai komandan Artileri
Republik di pasukan yang mengepung kota Toulon. Toulon dikuasai royalis
kerajaan yang dibantu Inggris untuk melawan republik. Dengan gemilang Napoleon
merebut kota Toulon dan menenggelamkan 10 kapal Inggris, memaksa Inggris untuk
angkat kaki dari kota itu. Atas sukses itu Napoleon dipromosikan menjadi
Brigadir Jenderal pada usia 24 tahun dan diberi komando atas artileri Perancis
dalam Tentara Italia. Napoleon
berhadapan dengan Koalisi Pertama, pada pertempuran Saorgio, April 1794, di
mana dia mengalahkan pasukan gabungan Austria-Sardinia.
|
Napoleon menyebrangi Alpen |
3 Oktober 1795, pemberontakan royalis pecah di Paris.
Napoleon sekali lagi menunjukkan kejeniusannya dan menggunakan potensi meriam
dalam pertempuran. 5 Oktober, pemberontakan berhasil disapu bersih menggunakan
tembakan “grapeshot” (meriam berpeluru bergerombol seperti anggur). Atas sukses
ini Napoleon dipromosikan menjadi panglima Tentara Italia. Tidak lama setelah
itu, Napoleon menjalin hubungan asmara dengan Joséphine de Beauharnais dan
menikahinya pada 9 Maret 1796. Dua hari setelah pernikahannya, Napoleon menyebrangi Alpen, menuju
Italia dan Kampanye Italia pertama dimulai. Sukses Napoleon menggulung tentara
Austria dalam pertempuran Lodi dan Jembatan Arcole. Kampanye Italia menunjukkan
betapa efektifnya Napoleon menggunakan artileri yang pada era itu masih
dianggap sebagai elemen pendukung ketimbang elemen pemukul utama. Kampanye ini
berakhir dengan perjanjian Campo Formio yang ditandatangani pada 18 Oktober
1797. Kemenangan besar pertama Napoleon, menghantar dia menjadi pahlawan perang
di Perancis.
Setelah Italia, kini Napoleon mengincar Mesir. Suez
adalah kunci ekspansi Perancis untuk berhubungan dengan musuh Inggris di India,
Tipu Sultan. Di Mesir Napoleon harus berhadapan dengan pasukan Mamluk, di mana
Napoleon meraih kemenangan telak pada pertempuran Shubra Khit. Korban di pihak
Perancis hanya 29 orang, sedang Mesir kehilangan sekitar 2.000 orang. Seketika
itu pula moral pasukan Perancis meningkat. 1 Agustus 1798, Horatio Nelson yang
mengomandoi armada AL Inggris yang jauh lebih superior dari AL Perancis
menghancurkan kapal-kapal Perancis dan menyisakan 2 kapal saja dalam
pertempuran di sungai Nil. Napoleon menggerakkan 13.000 pasukannya ke utara
untuk merebut kota-kota pantai seperti
Arish, Gaza, Jaffa, dan Haifa. Namun kekuatan Perancis melemah karena
serangan penyakit, hingga memaksa Napoleon kembali ke Mesir pada Mei 1798.
|
Penobatan Napoleon dan Josephine sebagai Kaisar dan Ratu Perancis |
24 Agustus 1799, mendengar Perancis terus menerus
dirundung kekalahan melawan Koalisi Kedua, Napoleon meninggalkan pasukannya di
Mesir dan menyerahkan komando kepada Jenderal Jean Baptiste Kléber. Napoleon
kembali berperang di Italia, sekali lagi Napoleon meraih kemenangan gemilang
pada pertempuran Marengo (14 Juni 1800). Kala itu situasi politik sedang carut
marut dan Napoleon menggunakan momentum ini untuk merebut kendali atas
Perancis. 10 November 1799, Napoleon diangkat sebagai Konsul Pertama Republik,
ini menjadikan Napoleon sebagai orang paling berkuasa di Perancis. Setelah
menjadi konsul pertama, Napoleon menghadapi konspirasi pembunuhan atas dirinya.
Dengan dalih ini pula, akhirnya Napoleon mengakhiri masa konsulat dan membawa Perancis
ke era Kekaisaran. 2 Desember 1804, Napoleon menobatkan dirinya sendiri menjadi
Kaisar Perancis dan menobatkan Josephine sebagai Ratunya. Selain sebagai Kaisar
Perancis, Napoleon juga dinobatkan menjadi Raja Italia dan dimahkotai dengan
Mahkota Lombardy. Untuk mengamankan posisinya sebagai Kaisar dan memelihara
kontrolnya atas tentara Perancis, Napoleon mengangkat 18 jenderal tertingginya
menjadi Marsekal Kekaisaran (Maréchal d'Empire).
|
Pertempuran Austerlitz, Napoleon dengan gemilangnya mengalahkan gabungan pasukan Austria dan Rusia |
Eropa di era Napoleon mengalami masa damai yang cukup
singkat dengan perjanjian damai Amiens antara Perancis-Inggris yang
ditandatangani pada 25 Maret 1802. Namun Inggris mengakhiri perjanjian ini
dengan menyatakan perang atas Perancis pada Mei 1803. Koalisi Ketiga terbentuk
antara Inggris, Austria dan Rusia. Napoleon berencana menginvasi daratan
Inggris namun supremasi AL Inggris menyebabkan sang Kaisar mengurungkan niatnya
menginvasi Inggris. Napoleon kemudian mengkonsentrasikan Grande Armée (Pasukan
Perancis) untuk bergerak menuju Jerman. Napoleon meraih kemenangan pada
pertempuran Ulm (20 Oktober 1805), dimana dia menghajar Austria dan menawan
30.000 pasukan musuh. 2 Desember 1805, setahun penobatannya Napoleon meraih kemenangan
gemilang atas Rusia dan Austria pada Pertempuran Austerlitz. Kemenangan ini
sekaligus mengakhiri Koalisi Ketiga melawan Perancis.
|
Perjanjian Tilsit yang ditandatangani antara Napoleon dengan Kaisar
Rusia, Alexander I dilakukan di atas sebuah rakit di tengah
sungai Neman (7 Juli 1807)
|
Gagalnya Koalisi Ketiga menghantar ke pembentukan Koalisi
Keempat pada 1806, antara Prusia, Rusia, Saxon, Swedia dan Inggris. 14 Oktober
1806, Napoleon mengalahkan Prusia dalam pertempuran Jena-Auerstedt. Dari Jena
Napoleon bergerak melalui Polandia dan mengalahkan Rusia dalam pertempuran
Eylau (6 Februari 1807) dan digenapkan dengan kemenangan Friedland (14 Juni
1807) yang memaksa Kaisar Rusia, Alexander I menandatangani perjanjian Tilsit
(7-9 Juli 1807). Akibat Perang Koalisi Keempat adalah kebijakan Napoleon
mengembargo Inggris atas Eropa, namun embargo ini terbukti tidak efektif,
karena Perancis pada dasarnya bukan negara berkekuatan maritim.
|
Menyerahnya Madrid pada 4 Desember 1804. Dengan jatuhnya Madrid tidak serta merta menghentikan api perlawanan rakyat Spanyol hingga 1814, ketika Napoleon jatuh |
Portugal tidak sejalan untuk ikut dalam politik embargo
yang diterapkan Napoleon, hingga Napoleon menginvasi Portugal dengan disponsori
Spanyol yang sudah menjadi sekutu Napoleon. Namun akhirnya Napoleon juga
menginvasi Spanyol dan menyulut amarah rakyat dan tentaranya. Napoleon menyingkirkan
Raja Spanyol Charles IV dan menempatkan kakaknya, Joseph Bonaparte sebagai raja.
Hal ini menyulut pemberontakan Dos de Mayo yang menjadi awal Perang Spanyol.
Inggris pun akhirnya turut campur tangan membantu perlawanan Spanyol atas
Napoleon. Dalam perang ini Napoleon menghadapi jenis perang baru yaitu gerilya.
Setelah pemberontakan merebak di seluruh penjuru negeri dan pasukan Perancis
dikalahkan di banyak front, akhirnya Napoleon sendiri turun tangan dan
menduduki ibukota Madrid serta mendesak Inggris untuk mundur (4 Desember 1808). Namun Napoleon harus kembali
ke Perancis dan perang berlanjut hingga jatuhnya Napoleon pada 1814. Kekalahan
terbesar Perancis adalah ketika 24.000 pasukan Perancis menyerah dalam
pertempuran Bailén (19 Juli 1808). Kekalahan di Bailén, meruntuhkan mitos kalau
tentara Napoleon tak akan pernah terkalahkan.
|
Pertempuran Wargram yang memaksa Austria menandatangani
|
April 1809, Austria kembali menggalang pasukan untuk
menghantam Napoloen. Koalisi Kelima terbentuk antara Austria dan Inggris, dalam
hal ini Inggris ingin membuka front di daratan Eropa setelah turut campur dalam
Perang Spanyol. Untuk kesekian kalinya Napoleon menunjukkan kelihaian tempurnya
dengan kemenangan gemilang. Pertempuran pertama terjadi di Aspern-Essling
(16-17 Mei 1809), di mana pasukan Perancis sempat terpukul, namun sayang
Austria tidak mampu menggunakan kesempatan itu untuk menuntaskan kemenangannya.
Napoleon berhasil mengumpulkan kekuatannya kembali dan memukul balik Austria di
pertempuran Wargram (5-6 Juli 1809). Dengan demikian Koalisi Kelima berakhir
dan Austria harus menandatangani perjanjian Schönbrunn. Untuk mengamankan
posisinya atas Austria, Napoleon akhirnya menceraikan Josephine dan menikahi
putri Kaisar Austria, Marie Louise pada 11 Maret 1810.
|
Pertempuran Borodino yang berlangsung pada 7 September 1812 merupakan pertempuran terdahsyat selama invasi Rusia |
Setelah perjanjian Tilsit ditandatangani, Rusia secara
otomatis mendukung politik embargo Napoleon atas Inggris. Namun Kaisar Rusia,
Alexander I melanggar perjanjian Tilsit dan membuka pintu dagang dengan
Inggris. Napoleon menilai ini sebuah pengkhianatan, dan menganggap Rusia sudah
sepenuh hati untuk melakukan sekali lagi perang dengan Perancis. Dari pihak Alexander
sendiri perlu adanya invasi ke teritorial Kekaisaran Perancis dan merebut
kembali Polandia. Melihat hal ini Napoleon menyebut invasi yang akan
berlangsung sebagai "Perang Polandia Ke Dua" dimana perang pertama
sudah diakhiri di Tilsit, hal ini digunakan Napoleon untuk mendapat dukungan
penuh dariPolandia. Invasi dimulai 23 Juni 1812 setelah sebelumnya permintaan
pembicaraan damai tidak mendapat jawaban dan keesokan harinya Grande Armée
dengan kekuatan 450.000 orang menyebrang sungai Neman. Rencana awal invasi ini
sangat sederhana, Napoleon tidak bermaksud untuk menaklukkan Moskow. Rencananya
begitu memasuki Rusia, Napoleon dengan Grande Armée yang luar biasa besar itu
akan menghabisi tentara Rusia tidak jauh dari perbatasan dan memaksa Tsar
Alexander untuk kembali berdamai. Namun di luar perkiraan Napoleon, yang
dilakukan tentara Rusia adalah menghindar mundur ketimbang menghadapi Napoleon.
Taktik mundur ini sangat mengecewakan Alexander dan mengganti kedudukan Jenderal
Barclay de Tolly sebagai Panglima Rusia dengan Jenderal yang lebih
berpengalaman, Mikhail Illarionovich Kutuzov. Kutuzov sendiri melihat
kemungkinan menang kecil bila berhadapan dengan Napoleon secara langsung,
apalagi setelah kekalahan Rusia di pertempuran Smolensk (16-18 Agustus) yang akhirnya
mengambil posisi bertahan di Borodino. Pertempuran Borodino (7 September 1812),
merupakan pertempuran terbesar dalam Invasi Rusia. Meski merupakan terbesar, namun
pertempuran Borodino tidak memberi hasil berarti pada Napoleon, karena kedua
belah pihak lebih memilih untuk menahan diri. 8 September 1812, Kutuzov memilih
untuk mundur dan membuka jalan untuk Napoleon untuk memasuki Moskow.
|
Grande Armée yang tersisa menyebrangi sungai Berezina |
14 September 1812, Napoleon bersama Grande Armée memasuki
Moskow yang sudah ditinggalkan kebanyakan penduduknya setelah Kutuzov mundur
sembari mengevakuasi kota itu. Setelah Napoleon menduduki Moskow, dia mengirim
utusan untuk menawarkan perdamaian dengan pihak Rusia namun berkali-kali
menerima penolakan. Hingga akhirnya Moskow terbakar, dan mendekatnya musim
dingin serta menipisnya suplai makanan, terpaksa Napoleon menarik keluar
pasukan Perancis ke luar Moskow dan memulai perjalanan mundur yang panjang
(Oktober 1812). Kutuzov mendesak Grande Armée untuk melalui jalan yang dilalui
ketika mereka datang, di mana sudah tidak ada apa-apa lagi untuk dijadikan
suplai makanan, selain itu pasukan Napoleon selalu dibayang-bayangi Cossack,
milisi Rusia berkuda yang lihai dalam mensabotase gerakan sebuah pasukan.
Hingga akhirnya pada 26-29 November 1812, Napoleon dengan Grande Armée yang
tersisa menyebrangi sungai Berezina, yang merupakan pertempuran akhir dari
invasi Rusia. Di awal November 1812, Napoleon mendengar kabar terjadi kudeta
yang dilakukan Jenderal Claude de Malet. Dengan segera Napoleon kembali ke Paris
dan menyerahkan komando pada Marsekal Joachim Murat. Murat sendiri akhirnya
meninggalkan medan perang menuju Napoli untuk mengurus kerajaannya dan
menyerahkan komando pada Eugène de Beauharnais. 14 Desember 1812, Grande Armée
meninggalkan wilayah Rusia. kegagalan di Rusia adalah titik balik dari kejayaan
Napoleon, Rusia di bawah komando Kutuzov membuktikan pada Eropa kalau Napoleon
bisa dikalahkan. Invasi Rusia telah meluluhlantakkan tentara Napoleon yang
hebat, dari 400.000 prajurit yang dibawa menginvasi Rusia, hanya 40.000
berhasil dibawa pulang ke Perancis dalam kondisi mengenaskan.
|
Napoleon mengucapkan selamat tinggal pada para pengawalnya di istana Fontainebleau pada 20 April 1814. Dari sini, Napoleon menuju pengasingannya di pulau Elba |
Termotivasi kekalahan Napoleon di Rusia, Koalisi Keenam
terbentuk pada 1813. Anggota Koalisi terdiri dari Prusia, Austria, Swedia,
Rusia, Inggris, Spanyol, dan Portugal. Dari kehancuran di Rusia, Napoleon
membangun ulang Grande Armée dengan kekuatan 350.000 prajurit untuk menghadapi
perang di medan Jerman. Total kekuatan Perancis di semua front, termasuk di
Spanyol mencapai 900.000 prajurit sedang pasukan Koalisi berkekuatan satu juta
lebih di semua front. Napoleon kembali meraih kemenangan di medan tempur Lützen (2 Mei) dan Bautzen (20–21 Mei 1813).
Dari Lützen dan Bautzen, Napoleon kembali meraih kemenangan di pertempuran
Dresden (26-27 Agustus 1813). Namun Napoleon gagal menggenapkan kemenangannya
di Dresden dan mengalihkan medan perang ke Leipzig. Di Leipzig, Napoleon dengan
175.000 prajurit menghadapi pasukan Koalisi yang berjumlah 430.000. Menderita
kekalahan, Napoleon memutuskan untuk mundur ke Perancis. Kini Napoleon harus
berperang di tanah Perancis terkepung dari semua sisi, gabungan Inggris,
Spanyol dan Portugal menekan dari selatan dan negara koalisi lain dari arah
Jerman. Hingga Paris jatuh ke tangan Koalisi pada 31 Maret 1814, dan memaksa
Napoleon menandatangani pengasingan dirinya ke pulau Elba, di Istana
Fontainebleau pada 4 April 1814.
|
Kembalinya Napoleon dari Elba |
Begitu diasingkannya Napoleon ke Elba, tahta Bourbon
dipulihkan dan Louis XVIII menjadi raja Perancis. Napoleon sendiri tidak
diasingkan begitu saja, dia mempunyai hak didampingi pengawal pribadinya yang
berasal dari Pengawal Kekaisaran sebanyak kurang lebih 1000 orang. Mendengar
rumor akan disingkirkannya Napoleon ke pulau terpencil di Atlantik atau akan
dibunuh, dia bertekad kembali ke Eropa. 26 Februari 1815, Napoleon bersama
pengawalnya meninggalkan Elba dan mendarat di
Golfe-Juan pada 1 Maret 1815. Seiring Napoleon menuju Paris, pasukan
demi pasukan bergabung dengan sang kaisar. Louis XVIII melarikan diri begitu mendengar kalau Napoleon yang kembali mendapat dukungan tentara yang makin besar. 13 Maret
1815, Kongres Vienna menyatakan Napoleon sebagai buron. Napoleon memasuki Paris
pada 20 Maret 1815, memulai apa yang kemudian dikenal dengan pemerintahan
"Seratus Hari". Negara-negara Eropa segera memobilisasi pasukan
menghadapi Napoleon, Napoleon sendiri berhasil memobilisasi sekitar 200.000
prajurit. Rencana Napoleon tetap sederhana dan efektif, yaitu mengalahkan
musuh-musuhnya sebelum mereka berkumpul. Begitu memiliki momentum, Napoleon
menggerakkan Armée du Nord (Pasukan Utara) menuju Belgia untuk berhadapan
dengan Inggris di bawah komando
|
"La Garde Recule" Grenadier dari Old Guard dengan gagah berani melindungi gerak mundur pasukan Perancis yang kocar-kacir |
Wellington dan Prusia di bawah komando Jenderal
Blücher. 16 Juni 1815, Napoleon berhasil memukul Blücher di Ligny. Namun dua
hari kemudian, 18 Juni 1815, adalah pertempuran paling menentukan di medan
Waterloo. Napoleon harus menghadapi kombinasi Inggris yang dibantu Prusia yang
pulih dari kekalahan di Ligny, Armée du Nord tercerai berai dan Napoleon harus
menelan pil pahit kekalahan.
|
Napoleon di atas geladak HMS Bellerophon |
Napoleon kembali ke Paris tiga hari setelah kekalahan
Waterloo, Dewan Perwakilan dan mayoritas rakyat Paris sudah berbalik tidak
mendukung Napoleon. Menyadari hal ini, Napoleon turun tahta pada 22 Juni 1814.
Mendengar kalau pasukan Prusia diperintahkan untuk menangkap Napoleon hidup
atau mati, dia berencana melarikan diri ke Amerika. Namun laut sudah diblokade
AL Inggris. Akhirnya Napoleon menyerahkan diri pada Kapten Frederick Maitland
dari HMS Bellerophon pada 15 Juli 1815 serta meminta perlindungan politik pada
Inggris. Setelah Elba, kini Napoleon kembali diasingkan. Kali ini ke pulau
Saint Helena, sebuah pulau terpencil di Samudera Atlantik, 1.870 km barat pantai
barat Afrika. Napoleon menjalani pengasingan dengan menyedihkan dengan
diperlakukan sebagai tahanan politik, tanpa pengawal pribadi seperti di Elba
atau lingkungan yang layak. Napoleon Bonaparte tutup usia pada 5 Mei 1821,
kata-kata terakhirnya adalah "France,
armée, tête d'armée, Joséphine" ( Perancis, tentara, panglima tentara,
Joséphine). Napoleon dikebumikan di Saint Helena, dan jasadnya baru
dikembalikan ke Perancis atas permintaan Raja Louis Philippe I ke pemerintah
Inggris dan dikebumikan kembali di Les Invalides, Paris pada 15 Desember 1840 dengan upacara militer.
Seperti tokoh besar
idolanya, Julius Caesar, Napoleon adalah seorang jenius militer dan berambisi
menyatukan Eropa. Hal yang paling mengesankan dari seorang Napoleon
Bonaparte adalah kelihaiannya dalam berperang. Napoleon lahir sebagai prajurit artileri dan terbukti memanfaatkan meriam lebih efektif dari pemimpin perang Eropa manapun kala itu. Taktik Napoleon setelah eranya menjadi rujukan militer baik di Eropa maupun di Amerika. Wellington, ketika diminta pendapatnya tentang siapakah jenderal terhebat masa itu menjawab "di masa ini, di masa lampau atau di masa apapun, Napoleon"
Namun banyak hal yang telah
dilakukan Napoleon, diantaranya menelurkan Codex Napoleon atau Codex Sipil.
Sebuah kitab undang-undang yang mengakomodasi apa yang menjadi cita-cita
Revolusi Perancis serta memberangus feodalisme. Codex Napoleon pengaruhnya
masih bisa dirasakan hingga kini. Selain Codex Napoleon, dia juga
mendorong kemajuan industri, sains dan seni, juga menyetarakan dan menjamin
kebebasan beragama.
|
Napoleon dengan seragam favoritnya, jaket hijau Horse Chasseur dengan mantel abu-abu |
Fisik Napoleon dalam budaya populer sering dikatakan
pendek, padahal tinggi sebenarnya adalah 5 kaki 6 inchi atau 168-169 cm di atas
standar tinggi infantri Perancis saat itu yaitu 165cm. Yang membuat Napoleon
terlihat pendek mungkin karena dia sering dikelilingi Grenadier dari Pengawal
Kekaisaran yang tinggi standarnya adalah 180cm. Selain itu semakin bertambahnya
umur, Napoleon menjadi bertambah gemuk, menambah kesan pendek pada sang kaisar.
Yang menarik dari penampilan Napoleon adalah seragam yang dikenakannya. Dalam
banyak lukisan, sang kaisar sering digambarkan berpakaian hijau gelap, seragam
kolonel Chasseur berkuda, dengan topi hitam dan mantel abu-abu. Selain seragam hijau, Napoleon sering tampil pula dengan pakaian biru gelap dengan bagian dada berwarna putih, seragam kolonel Grenadier Pengawal Kekaisaran. Seragam
Napoleon yang sederhana ini kontras sekali dengan para Marsekal serta jenderalnya yang
berseragam penuh dengan renda emas.
Napoleon Bonaparte menjadi model pemimpin besar bukan karena status sosial ketika dilahirkan (kebangsawanan), namun karena kualitas individunya membawanya ke tingkat tertinggi yaitu tahta Perancis. Napoleon mendominasi satu periode 1810-1815, dominasinya begitu kuat hingga masa tersebut disebut sebagai Era Napoleon.