Sunday, October 20, 2013

Napoleon Bonaparte

Kaisar Napoleon di ruang kerja Istana Tuileries
Napoleon Bonaparte, atau Napoleon I lahir dengan nama Napoleone Buonaparte (dalam bahasa Korsika: Nabolione) di kota Ajaccio, Korsika pada 15 Agustus 1769, 3 bulan setelah jatuhnya Korsika ke tangan Perancis. Lahir dari pasangan Carlo Buonaparte dan Maria Letizia Ramolino. Napoleon adalah anak ke dua dari delapan bersaudara. Di usia Sembilan tahun (1778), Napoleon disekolahkan di sekolah militer Perancis di  Brienne-le-Chateau. Dia meraih nilai gemilang di bidang studi matematika dan geografi. Setelah lulus, Napoleon muda melanjutkan studi di Ecole Royale Militaire di Paris, di mana dia menyelesaikan studinya selama dua tahun. Ketika lulus pada 1785, Napoleon muda ditugaskan pada resimen artileri La Fère sebagai Letnan Dua. Pada masa awal revolusi Perancis, Napoleon melaluinya di Korsika. Terjebak dalam tiga faksi berbeda antara royalis kerajaan, revolusionis dan nasionalis Korsika. Napoleon memilih bergabung dengan Jacobin dan mengomandani batalyon milisi Korsika dengan pangkat Letnan Kolonel. Juli 1792, Napoleon dipromosikan menjadi kapten dalam tentara reguler.

Juli 1793, Napoleon ditunjuk sebagai komandan Artileri Republik di pasukan yang mengepung kota Toulon. Toulon dikuasai royalis kerajaan yang dibantu Inggris untuk melawan republik. Dengan gemilang Napoleon merebut kota Toulon dan menenggelamkan 10 kapal Inggris, memaksa Inggris untuk angkat kaki dari kota itu. Atas sukses itu Napoleon dipromosikan menjadi Brigadir Jenderal pada usia 24 tahun dan diberi komando atas artileri Perancis dalam Tentara Italia.  Napoleon berhadapan dengan Koalisi Pertama, pada pertempuran Saorgio, April 1794, di mana dia mengalahkan pasukan gabungan Austria-Sardinia.

Napoleon menyebrangi Alpen
3 Oktober 1795, pemberontakan royalis pecah di Paris. Napoleon sekali lagi menunjukkan kejeniusannya dan menggunakan potensi meriam dalam pertempuran. 5 Oktober, pemberontakan berhasil disapu bersih menggunakan tembakan “grapeshot” (meriam berpeluru bergerombol seperti anggur). Atas sukses ini Napoleon dipromosikan menjadi panglima Tentara Italia. Tidak lama setelah itu, Napoleon menjalin hubungan asmara dengan Joséphine de Beauharnais dan menikahinya pada 9 Maret 1796. Dua hari setelah pernikahannya, Napoleon menyebrangi Alpen, menuju Italia dan Kampanye Italia pertama dimulai. Sukses Napoleon menggulung tentara Austria dalam pertempuran Lodi dan Jembatan Arcole. Kampanye Italia menunjukkan betapa efektifnya Napoleon menggunakan artileri yang pada era itu masih dianggap sebagai elemen pendukung ketimbang elemen pemukul utama. Kampanye ini berakhir dengan perjanjian Campo Formio yang ditandatangani pada 18 Oktober 1797. Kemenangan besar pertama Napoleon, menghantar dia menjadi pahlawan perang di Perancis.

Setelah Italia, kini Napoleon mengincar Mesir. Suez adalah kunci ekspansi Perancis untuk berhubungan dengan musuh Inggris di India, Tipu Sultan. Di Mesir Napoleon harus berhadapan dengan pasukan Mamluk, di mana Napoleon meraih kemenangan telak pada pertempuran Shubra Khit. Korban di pihak Perancis hanya 29 orang, sedang Mesir kehilangan sekitar 2.000 orang. Seketika itu pula moral pasukan Perancis meningkat. 1 Agustus 1798, Horatio Nelson yang mengomandoi armada AL Inggris yang jauh lebih superior dari AL Perancis menghancurkan kapal-kapal Perancis dan menyisakan 2 kapal saja dalam pertempuran di sungai Nil. Napoleon menggerakkan 13.000 pasukannya ke utara untuk merebut kota-kota pantai seperti  Arish, Gaza, Jaffa, dan Haifa. Namun kekuatan Perancis melemah karena serangan penyakit, hingga memaksa Napoleon kembali ke Mesir pada Mei 1798.

Penobatan Napoleon dan Josephine sebagai Kaisar dan Ratu Perancis
24 Agustus 1799, mendengar Perancis terus menerus dirundung kekalahan melawan Koalisi Kedua, Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan menyerahkan komando kepada Jenderal Jean Baptiste Kléber. Napoleon kembali berperang di Italia, sekali lagi Napoleon meraih kemenangan gemilang pada pertempuran Marengo (14 Juni 1800). Kala itu situasi politik sedang carut marut dan Napoleon menggunakan momentum ini untuk merebut kendali atas Perancis. 10 November 1799, Napoleon diangkat sebagai Konsul Pertama Republik, ini menjadikan Napoleon sebagai orang paling berkuasa di Perancis. Setelah menjadi konsul pertama, Napoleon menghadapi konspirasi pembunuhan atas dirinya. Dengan dalih ini pula, akhirnya Napoleon mengakhiri masa konsulat dan membawa Perancis ke era Kekaisaran. 2 Desember 1804, Napoleon menobatkan dirinya sendiri menjadi Kaisar Perancis dan menobatkan Josephine sebagai Ratunya. Selain sebagai Kaisar Perancis, Napoleon juga dinobatkan menjadi Raja Italia dan dimahkotai dengan Mahkota Lombardy. Untuk mengamankan posisinya sebagai Kaisar dan memelihara kontrolnya atas tentara Perancis, Napoleon mengangkat 18 jenderal tertingginya menjadi Marsekal Kekaisaran (Maréchal d'Empire).

Pertempuran Austerlitz, Napoleon dengan gemilangnya mengalahkan
gabungan pasukan Austria dan Rusia
Eropa di era Napoleon mengalami masa damai yang cukup singkat dengan perjanjian damai Amiens antara Perancis-Inggris yang ditandatangani pada 25 Maret 1802. Namun Inggris mengakhiri perjanjian ini dengan menyatakan perang atas Perancis pada Mei 1803. Koalisi Ketiga terbentuk antara Inggris, Austria dan Rusia. Napoleon berencana menginvasi daratan Inggris namun supremasi AL Inggris menyebabkan sang Kaisar mengurungkan niatnya menginvasi Inggris. Napoleon kemudian mengkonsentrasikan Grande Armée (Pasukan Perancis) untuk bergerak menuju Jerman. Napoleon meraih kemenangan pada pertempuran Ulm (20 Oktober 1805), dimana dia menghajar Austria dan menawan 30.000 pasukan musuh. 2 Desember 1805, setahun penobatannya Napoleon meraih kemenangan gemilang atas Rusia dan Austria pada Pertempuran Austerlitz. Kemenangan ini sekaligus mengakhiri Koalisi Ketiga melawan Perancis.

Perjanjian Tilsit yang ditandatangani antara Napoleon dengan Kaisar
Rusia, Alexander I dilakukan di atas sebuah rakit di tengah
sungai Neman (7 Juli 1807)
Gagalnya Koalisi Ketiga menghantar ke pembentukan Koalisi Keempat pada 1806, antara Prusia, Rusia, Saxon, Swedia dan Inggris. 14 Oktober 1806, Napoleon mengalahkan Prusia dalam pertempuran Jena-Auerstedt. Dari Jena Napoleon bergerak melalui Polandia dan mengalahkan Rusia dalam pertempuran Eylau (6 Februari 1807) dan digenapkan dengan kemenangan Friedland (14 Juni 1807) yang memaksa Kaisar Rusia, Alexander I menandatangani perjanjian Tilsit (7-9 Juli 1807). Akibat Perang Koalisi Keempat adalah kebijakan Napoleon mengembargo Inggris atas Eropa, namun embargo ini terbukti tidak efektif, karena Perancis pada dasarnya bukan negara berkekuatan maritim.

Menyerahnya Madrid pada 4 Desember 1804. Dengan jatuhnya
Madrid tidak serta merta menghentikan api perlawanan rakyat
Spanyol hingga 1814, ketika Napoleon jatuh
Portugal tidak sejalan untuk ikut dalam politik embargo yang diterapkan Napoleon, hingga Napoleon menginvasi Portugal dengan disponsori Spanyol yang sudah menjadi sekutu Napoleon. Namun akhirnya Napoleon juga menginvasi Spanyol dan menyulut amarah rakyat dan tentaranya. Napoleon menyingkirkan Raja Spanyol Charles IV dan menempatkan kakaknya, Joseph Bonaparte sebagai raja. Hal ini menyulut pemberontakan Dos de Mayo yang menjadi awal Perang Spanyol. Inggris pun akhirnya turut campur tangan membantu perlawanan Spanyol atas Napoleon. Dalam perang ini Napoleon menghadapi jenis perang baru yaitu gerilya. Setelah pemberontakan merebak di seluruh penjuru negeri dan pasukan Perancis dikalahkan di banyak front, akhirnya Napoleon sendiri turun tangan dan menduduki ibukota Madrid serta mendesak Inggris untuk mundur (4 Desember 1808). Namun Napoleon harus kembali ke Perancis dan perang berlanjut hingga jatuhnya Napoleon pada 1814. Kekalahan terbesar Perancis adalah ketika 24.000 pasukan Perancis menyerah dalam pertempuran Bailén (19 Juli 1808). Kekalahan di Bailén, meruntuhkan mitos kalau tentara Napoleon tak akan pernah terkalahkan.

Pertempuran Wargram yang memaksa Austria menandatangani
perjanjian Schönbrunn
April 1809, Austria kembali menggalang pasukan untuk menghantam Napoloen. Koalisi Kelima terbentuk antara Austria dan Inggris, dalam hal ini Inggris ingin membuka front di daratan Eropa setelah turut campur dalam Perang Spanyol. Untuk kesekian kalinya Napoleon menunjukkan kelihaian tempurnya dengan kemenangan gemilang. Pertempuran pertama terjadi di Aspern-Essling (16-17 Mei 1809), di mana pasukan Perancis sempat terpukul, namun sayang Austria tidak mampu menggunakan kesempatan itu untuk menuntaskan kemenangannya. Napoleon berhasil mengumpulkan kekuatannya kembali dan memukul balik Austria di pertempuran Wargram (5-6 Juli 1809). Dengan demikian Koalisi Kelima berakhir dan Austria harus menandatangani perjanjian Schönbrunn. Untuk mengamankan posisinya atas Austria, Napoleon akhirnya menceraikan Josephine dan menikahi putri Kaisar Austria, Marie Louise pada 11 Maret 1810.

Pertempuran Borodino yang berlangsung pada 7 September 1812
merupakan pertempuran terdahsyat selama invasi Rusia
Setelah perjanjian Tilsit ditandatangani, Rusia secara otomatis mendukung politik embargo Napoleon atas Inggris. Namun Kaisar Rusia, Alexander I melanggar perjanjian Tilsit dan membuka pintu dagang dengan Inggris. Napoleon menilai ini sebuah pengkhianatan, dan menganggap Rusia sudah sepenuh hati untuk melakukan sekali lagi perang dengan Perancis. Dari pihak Alexander sendiri perlu adanya invasi ke teritorial Kekaisaran Perancis dan merebut kembali Polandia. Melihat hal ini Napoleon menyebut invasi yang akan berlangsung sebagai "Perang Polandia Ke Dua" dimana perang pertama sudah diakhiri di Tilsit, hal ini digunakan Napoleon untuk mendapat dukungan penuh dariPolandia. Invasi dimulai 23 Juni 1812 setelah sebelumnya permintaan pembicaraan damai tidak mendapat jawaban dan keesokan harinya Grande Armée dengan kekuatan 450.000 orang menyebrang sungai Neman. Rencana awal invasi ini sangat sederhana, Napoleon tidak bermaksud untuk menaklukkan Moskow. Rencananya begitu memasuki Rusia, Napoleon dengan Grande Armée yang luar biasa besar itu akan menghabisi tentara Rusia tidak jauh dari perbatasan dan memaksa Tsar Alexander untuk kembali berdamai. Namun di luar perkiraan Napoleon, yang dilakukan tentara Rusia adalah menghindar mundur ketimbang menghadapi Napoleon. Taktik mundur ini sangat mengecewakan Alexander dan mengganti kedudukan Jenderal Barclay de Tolly sebagai Panglima Rusia dengan Jenderal yang lebih berpengalaman, Mikhail Illarionovich Kutuzov. Kutuzov sendiri melihat kemungkinan menang kecil bila berhadapan dengan Napoleon secara langsung, apalagi setelah kekalahan Rusia di pertempuran Smolensk (16-18 Agustus) yang akhirnya mengambil posisi bertahan di Borodino. Pertempuran Borodino (7 September 1812), merupakan pertempuran terbesar dalam Invasi Rusia. Meski merupakan terbesar, namun pertempuran Borodino tidak memberi hasil berarti pada Napoleon, karena kedua belah pihak lebih memilih untuk menahan diri. 8 September 1812, Kutuzov memilih untuk mundur dan membuka jalan untuk Napoleon untuk memasuki Moskow.

Grande Armée yang tersisa menyebrangi sungai Berezina
14 September 1812, Napoleon bersama Grande Armée memasuki Moskow yang sudah ditinggalkan kebanyakan penduduknya setelah Kutuzov mundur sembari mengevakuasi kota itu. Setelah Napoleon menduduki Moskow, dia mengirim utusan untuk menawarkan perdamaian dengan pihak Rusia namun berkali-kali menerima penolakan. Hingga akhirnya Moskow terbakar, dan mendekatnya musim dingin serta menipisnya suplai makanan, terpaksa Napoleon menarik keluar pasukan Perancis ke luar Moskow dan memulai perjalanan mundur yang panjang (Oktober 1812). Kutuzov mendesak Grande Armée untuk melalui jalan yang dilalui ketika mereka datang, di mana sudah tidak ada apa-apa lagi untuk dijadikan suplai makanan, selain itu pasukan Napoleon selalu dibayang-bayangi Cossack, milisi Rusia berkuda yang lihai dalam mensabotase gerakan sebuah pasukan. Hingga akhirnya pada 26-29 November 1812, Napoleon dengan Grande Armée yang tersisa menyebrangi sungai Berezina, yang merupakan pertempuran akhir dari invasi Rusia. Di awal November 1812, Napoleon mendengar kabar terjadi kudeta yang dilakukan Jenderal Claude de Malet. Dengan segera Napoleon kembali ke Paris dan menyerahkan komando pada Marsekal Joachim Murat. Murat sendiri akhirnya meninggalkan medan perang menuju Napoli untuk mengurus kerajaannya dan menyerahkan komando pada Eugène de Beauharnais. 14 Desember 1812, Grande Armée meninggalkan wilayah Rusia. kegagalan di Rusia adalah titik balik dari kejayaan Napoleon, Rusia di bawah komando Kutuzov membuktikan pada Eropa kalau Napoleon bisa dikalahkan. Invasi Rusia telah meluluhlantakkan tentara Napoleon yang hebat, dari 400.000 prajurit yang dibawa menginvasi Rusia, hanya 40.000 berhasil dibawa pulang ke Perancis dalam kondisi mengenaskan.

Napoleon mengucapkan selamat tinggal pada para pengawalnya di
istana Fontainebleau pada 20 April 1814. Dari sini, Napoleon menuju
pengasingannya di pulau Elba
Termotivasi kekalahan Napoleon di Rusia, Koalisi Keenam terbentuk pada 1813. Anggota Koalisi terdiri dari Prusia, Austria, Swedia, Rusia, Inggris, Spanyol, dan Portugal. Dari kehancuran di Rusia, Napoleon membangun ulang Grande Armée dengan kekuatan 350.000 prajurit untuk menghadapi perang di medan Jerman. Total kekuatan Perancis di semua front, termasuk di Spanyol mencapai 900.000 prajurit sedang pasukan Koalisi berkekuatan satu juta lebih di semua front. Napoleon kembali meraih kemenangan di medan tempur  Lützen (2 Mei) dan Bautzen (20–21 Mei 1813). Dari Lützen dan Bautzen, Napoleon kembali meraih kemenangan di pertempuran Dresden (26-27 Agustus 1813). Namun Napoleon gagal menggenapkan kemenangannya di Dresden dan mengalihkan medan perang ke Leipzig. Di Leipzig, Napoleon dengan 175.000 prajurit menghadapi pasukan Koalisi yang berjumlah 430.000. Menderita kekalahan, Napoleon memutuskan untuk mundur ke Perancis. Kini Napoleon harus berperang di tanah Perancis terkepung dari semua sisi, gabungan Inggris, Spanyol dan Portugal menekan dari selatan dan negara koalisi lain dari arah Jerman. Hingga Paris jatuh ke tangan Koalisi pada 31 Maret 1814, dan memaksa Napoleon menandatangani pengasingan dirinya ke pulau Elba, di Istana Fontainebleau pada 4 April 1814.

Kembalinya Napoleon dari Elba
Begitu diasingkannya Napoleon ke Elba, tahta Bourbon dipulihkan dan Louis XVIII menjadi raja Perancis. Napoleon sendiri tidak diasingkan begitu saja, dia mempunyai hak didampingi pengawal pribadinya yang berasal dari Pengawal Kekaisaran sebanyak kurang lebih 1000 orang. Mendengar rumor akan disingkirkannya Napoleon ke pulau terpencil di Atlantik atau akan dibunuh, dia bertekad kembali ke Eropa. 26 Februari 1815, Napoleon bersama pengawalnya meninggalkan Elba dan mendarat di  Golfe-Juan pada 1 Maret 1815. Seiring Napoleon menuju Paris, pasukan demi pasukan bergabung dengan sang kaisar. Louis XVIII melarikan diri begitu mendengar kalau Napoleon yang  kembali mendapat dukungan tentara yang makin besar. 13 Maret 1815, Kongres Vienna menyatakan Napoleon sebagai buron. Napoleon memasuki Paris pada 20 Maret 1815, memulai apa yang kemudian dikenal dengan pemerintahan "Seratus Hari". Negara-negara Eropa segera memobilisasi pasukan menghadapi Napoleon, Napoleon sendiri berhasil memobilisasi sekitar 200.000 prajurit. Rencana Napoleon tetap sederhana dan efektif, yaitu mengalahkan musuh-musuhnya sebelum mereka berkumpul. Begitu memiliki momentum, Napoleon menggerakkan Armée du Nord (Pasukan Utara) menuju Belgia untuk berhadapan dengan Inggris di bawah komando
"La Garde Recule" Grenadier dari Old Guard dengan gagah berani
melindungi gerak mundur pasukan Perancis yang kocar-kacir
Wellington dan Prusia di bawah komando Jenderal Blücher. 16 Juni 1815, Napoleon berhasil memukul Blücher di Ligny. Namun dua hari kemudian, 18 Juni 1815, adalah pertempuran paling menentukan di medan Waterloo. Napoleon harus menghadapi kombinasi Inggris yang dibantu Prusia yang pulih dari kekalahan di Ligny, Armée du Nord tercerai berai dan Napoleon harus menelan pil pahit kekalahan.

Napoleon di atas geladak HMS Bellerophon
Napoleon kembali ke Paris tiga hari setelah kekalahan Waterloo, Dewan Perwakilan dan mayoritas rakyat Paris sudah berbalik tidak mendukung Napoleon. Menyadari hal ini, Napoleon turun tahta pada 22 Juni 1814. Mendengar kalau pasukan Prusia diperintahkan untuk menangkap Napoleon hidup atau mati, dia berencana melarikan diri ke Amerika. Namun laut sudah diblokade AL Inggris. Akhirnya Napoleon menyerahkan diri pada Kapten Frederick Maitland dari HMS Bellerophon pada 15 Juli 1815 serta meminta perlindungan politik pada Inggris. Setelah Elba, kini Napoleon kembali diasingkan. Kali ini ke pulau Saint Helena, sebuah pulau terpencil di Samudera Atlantik, 1.870 km barat pantai barat Afrika. Napoleon menjalani pengasingan dengan menyedihkan dengan diperlakukan sebagai tahanan politik, tanpa pengawal pribadi seperti di Elba atau lingkungan yang layak. Napoleon Bonaparte tutup usia pada 5 Mei 1821, kata-kata terakhirnya  adalah "France, armée, tête d'armée, Joséphine" ( Perancis, tentara, panglima tentara, Joséphine). Napoleon dikebumikan di Saint Helena, dan jasadnya baru dikembalikan ke Perancis atas permintaan Raja Louis Philippe I ke pemerintah Inggris dan dikebumikan kembali di Les Invalides, Paris pada 15 Desember 1840 dengan upacara militer.



Seperti tokoh besar idolanya, Julius Caesar, Napoleon adalah seorang jenius militer dan berambisi menyatukan Eropa. Hal yang paling mengesankan dari seorang Napoleon Bonaparte adalah kelihaiannya dalam berperang. Napoleon lahir sebagai prajurit artileri dan terbukti memanfaatkan meriam lebih efektif dari pemimpin perang Eropa manapun kala itu. Taktik Napoleon setelah eranya menjadi rujukan militer baik di Eropa maupun di Amerika. Wellington, ketika diminta pendapatnya tentang siapakah jenderal terhebat masa itu menjawab "di masa ini, di masa lampau atau di masa apapun, Napoleon"

Namun banyak hal yang telah dilakukan Napoleon, diantaranya menelurkan Codex Napoleon atau Codex Sipil. Sebuah kitab undang-undang yang mengakomodasi apa yang menjadi cita-cita Revolusi Perancis serta memberangus feodalisme. Codex Napoleon pengaruhnya masih bisa dirasakan hingga kini. Selain Codex Napoleon, dia juga mendorong kemajuan industri, sains dan seni, juga menyetarakan dan menjamin kebebasan beragama.

Napoleon dengan seragam favoritnya, jaket hijau
Horse Chasseur dengan mantel abu-abu
Fisik Napoleon dalam budaya populer sering dikatakan pendek, padahal tinggi sebenarnya adalah 5 kaki 6 inchi atau 168-169 cm di atas standar tinggi infantri Perancis saat itu yaitu 165cm. Yang membuat Napoleon terlihat pendek mungkin karena dia sering dikelilingi Grenadier dari Pengawal Kekaisaran yang tinggi standarnya adalah 180cm. Selain itu semakin bertambahnya umur, Napoleon menjadi bertambah gemuk, menambah kesan pendek pada sang kaisar. Yang menarik dari penampilan Napoleon adalah seragam yang dikenakannya. Dalam banyak lukisan, sang kaisar sering digambarkan berpakaian hijau gelap, seragam kolonel Chasseur berkuda, dengan topi hitam dan mantel abu-abu. Selain seragam hijau, Napoleon sering tampil pula dengan pakaian biru gelap dengan bagian dada berwarna putih, seragam kolonel Grenadier Pengawal Kekaisaran. Seragam Napoleon yang sederhana ini kontras sekali dengan para Marsekal serta jenderalnya yang berseragam penuh dengan renda emas.

Napoleon Bonaparte menjadi model pemimpin besar bukan karena status sosial ketika dilahirkan (kebangsawanan), namun karena kualitas individunya membawanya ke tingkat tertinggi yaitu tahta Perancis. Napoleon mendominasi satu periode 1810-1815, dominasinya begitu kuat hingga masa tersebut disebut sebagai Era Napoleon.