Sunday, December 29, 2013

Infanteri Perancis

Resimen Line Infantry ke 14 dalam pertempuran Eylau
Tiga cabang utama Angkatan Darat adalah infanteri, kavaleri dan artileri. Infanteri merupakan bentuk dasar sebuah angkatan darat (tentara), hingga era modern, era peluru kendali dan digital, infanteri masih merupakan elemen utama sebuah angkatan bersenjata. Kavaleri dan artileri yang superior masih membutuhkan infanteri untuk mengokupasi suatu wilayah taklukan dan infanterilah yang menggenapkan kemenangan pada sebuah pertempuran. "Infanteri adalah komponen paling utama. Bahkan hingga hari ini, tidak ada tentara yang mampu mempertahankan sebuah wilayah tanpa infanteri." (Nafziger - "Napoleon's Invasion of Russia" hal. 13, 1998) 

Infanteri Pasukan Revolusi Perancis
"Kavaleri berjalan dengan angkuh dengan gemerincing pedangnya ... prajurit artileri berjalan dengan kebanggaan tersendiri - bukannkah sang Kaisar adalah prajurit artileri? Tapi soldats d'infanterie yang berpeluh keringat, menggetarkan jalananlah yang benar-benar memanggul beban berat Kekaisaran Perancis di pundak dan bayonet mereka." - Kolonel John Elting, Sejarahwan Militer Amerika. Pada awal revolusi, 1792, Garda Nasional dibentuk dan wajib militer diberlakukan di Perancis, setiap pria yang mampu diwajibkan memasuki dinas militer. Namun prakteknya tidak demikian, suap atau membayar pengganti sering terjadi. Moral yang rendah menjadi standar pasukan Perancis. 

Napoleon meninjau infanteri Perancis dengan bendera Prussia yang
berhasil dirampas dalam pertempuran Jena (14 Oktober 1806)
Napoleon diwarisi infanteri bermoral rendah namun pada era Napoleonlah infanteri Perancis berevolusi menjadi infanteri terbaik di Eropa. Disiplin yang rendah segera diperbaiki. Pada 1809, Napoleon "menghukum" beberapa divisi infanterinya agar berbenah. Setiap pagi, para prajurit dilatih dasar-dasar infanteri, latihan membidik dengan menembakkan 12 peluru dan berlatih manuver batalyon selama 2 jam. Hingga Napoleon membentuk infanteri terbaik selama 1803-1815 di kamp Boulogne. Pada masa itu, infanteri Perancis dikenal dengan kelincahan, serangan yang gigih dan kecepatan dalam bergerak. Kecepatan dan manuver merupakan karakter dasar gaya tempur Napoleon.


Senjata dan Perlengkapan Infanteri

Infanteri Perancis dipersenjatai dengan musket 'Charleville' (fusil d'infanterie) model 1777 (AN IX), dengan panjang keseluruhan 151.5 cm, panjang laras 114 cm), bayonet segitiga 45.6 cm dan pedang pendek. Model 1777 Charleville dianggap kebanyakan orang Eropa sebagai senapan musket terbaik di dunia kala itu. Senapan ini dinamai sama dengan gudang senjata di Ardenne, Perancis. Selama penembakan terus menerus, para prajurit harus membersihkan laras senapan setelah 50 hingga 60 kali tembakan. Amunisi musket model 1777 disimpan di kotak peluru berwarna hitam (giberne) yang tali kulitnya yang berwarna putih disilangkan dari pundak kiri ke pinggang kanan. Kotak peluru ini di penutupnya bergambar nomer resimen atau batalyon.


Sedang tali kulit warna putih yang disilangkan dari pundak kanan ke kiri adalah gantungan pedang pendek (Briquetes). Pedang pendek ini pada prakteknya jarang berguna di medan tempur. Pedang pendek ini lebih berguna di kemah untuk memotong kayu bakar daripada digunakan untuk bertempur, namun infanteri menyukai pedang pendek karena pedang pendek merupakan sesuatu yang bergengsi. Secara resmi pedang pendek hanya diperuntukkan bagi bintara, kompi elit grenadier dan carabinier serta musisi, namun voltigeur dan chasseur mayoritas membawa pedang pendek. Musket 'Charleville' sendiri dilengkapi bayonet segitiga, bayonet ini digantungkan bersama pedang pendek, sedang untuk fusilier yang tidak membawa pedang pendek, bayonet digantung bersama dengan kotak peluru di pinggang kanan.


Secara umum, infanteri Perancis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar. Line Infantry (Infanterie de Ligne) dan Light Infantry (Infanterie Légère). 

Line Infantry

Sejarah Line Infantry bisa ditarik mundur ke pertengahan abad 17, istilah "Line" yang berarti garis atau barisan. Sesuai dengan namanya, line infantry berbaris rapi dengan tiga formasi tempur yaitu garis, kotak dan kolom. Memang tidak menutup kemungkinan line infantry bertempur menyebar seperti dalam perang kota, namun fungsi dasar line infantry adalah bertempur dalam formasi rapat dalam barisan. Line infantry adalah bentuk paling dasar dari sebuah tentara, secara umum pasukan Perancis terdiri dari infanteri jenis ini. Pada masa revolusi unit line infantry adalah demi-brigade (separo brigade) karena dua demi-brigade membentuk satu brigade, hingga 1803 Napoleon memulihkan istilah "resimen". Istilah demi-brigade hanya digunakan oleh unit perbekalan dan depot. Dalam Grande Armée ada 133 Resimen line infantry, jumlah resimen ini sendiri hampir sama dengan jumlah departemen di Perancis yang kala itu berjumlah 156 departemen. 

Kekuatan Régiments de Ligne selama era perang Napoleon bervariasi, namun elemen dasarnya adalah batalyon. Batalyon line infantry berkekuatan sekitar 840 orang, namun batalyon berkekuatan sebanyak itu adalah batalyon dengan jumlah kekuatan penuh. Rata-rata batalyon berkekuatan 400-600 orang. Dari 1800-1803 batalyon terdiri dari 8 kompi fusilier dan 1 kompi grenadier, 1804-1807 kompi dalam batalyon adalah 7 kompi fusilier, 1 kompi grenadier dan 1 kompi voltigeur. Pada fase akhir era Napoleon (1808-1815), kekuatan batalyon meramping menjadi 4 kompi fusilier, 1 kompi grenadier dan 1 kompi voltigeur. Kompi sendiri berkekuatan 120 prajurit, 3 kopral drumer, 1 fourrier (administrasi), 8 kopral, 4 sersan, 1 sersan mayor, 2 letnan dua, 1 letnan satu dan 1 kapten.

Light Infantry

Berbeda dengan line infantry yang menjadi kekuatan mayoritas infanteri Grande Armée, light infantry berjumlah tidak lebih dari 36 resimen, bandingkan dengan line infantry yang berjumlah 133 resimen. Memang semua infanteri Perancis melalui pendidikan dasar yang sama yaitu bermanuver termasuk skirmish (bertempur kecil-kecilan). Perbedaan mendasar antara line dan light infantry adalah gerakan dan akurasi, line infantry difungsikan sebagai pasukan reguler yang melakukan serbuan massive, sedang Infanterie Légère dididik untuk menembak dengan akurat dan bergerak di atas rat-rata infanteri pada umumnya.

Prajurit light infantry berpostur lebih pendek dari rata-rata prajurit line infantry, ini disesuaikan dengan fungsi light infantry sendiri agar mudah bergerak di pepohonan dan hutan serta mudah berlindung ketika melakukan pertempuran kecil seperti di pedesaan atau di antara bangunan perkotaan. Karena pada dasarnya light infantry difungsikan untuk bertempur dengan formasi menyebar dan memanfaatkan medan sekitar untuk perlindungan. Komposisi batalyon dan kompi light infantry sendiri sama persis seperti line infantry. Chaseur adalah kompi tengah seperti halnya fusilier di line infantry, sedang grenadier di light infantry adalah carabinier, sedang voltigeur di light infantry memiliki tipe yang sama dengan voltigeur di line infantry. 


Light infantry merupakan dasar infanteri modern, terlebih dengan ditemukannya metode perang gerilya yang lebih mendekati gaya tempur light infantry. Berbeda dengan line infantry yang sejarahnya tamat hingga akhir abad 19, light infantry berevolusi menjadi infantry modern yang kita kenal hari ini.


Drummer, Cornet dan Musisi

Drummer Line Infantry dan musisi Light Infantry
Musisi dalam infanteri bisa dikatakan berfungsi sebagai kepanjangan tangan komandan. Di medan tempur kadang suara perwira tidak cukup lantang untuk memberi perintah pada para prajurit, di sinilah musisi berperan menggantikan perintah komandan sebuah unit. Lazimnya setiap kompi punya drummer atau cornet (peniup trompet). Dan fungsi yang paling penting dan paling populer dalam sejarah militer adalah iringan musisi ketika barisan infanteri berbaris maju ke medan laga. Setelah pertempuran berlangsung, biasanya musisi berfungsi mengungsikan prajurit yang terluka ke depo perawatan.

Setiap kompi punya 2 hingga 3 drummer, drum adalah alat musik paling lazim untuk infanteri khususnya line infantry. Dalam budaya populer, drummer adalah pemuda belia berusia 12-14 tahun, padahal tidak selalu demikian. Sedang di light infantry dan kompi voltigeur line infantry, musisi yang lebih lazim adalah cornet atau peniup terompet, ini dikarenakan light infantry dan voltigeur sebagai unit ringan dengan mobilitas tinggi hingga musisi juga memerlukan instrumen yang lebih praktis. Biasanya musisi (band resimen) terdiri dari 8 orang, namun tidak jarang jumlahnya hingga 20 orang. Ketika sebuah resimen akan maju ke garis depan, biasanya band resimen memainkan musik selama resimen menunggu untuk mulai berbaris ke garis depan. Musisi secara umum dalam band resimen bukan hanya drummer dan cornet, namun juga peniup seruling.

Sapper

Sapper Line dan Light Infantry
Istilah sapper apabila di Indonesia lebih dikenal dengan zeni, mereka berfungsi sebagai pendobrak gerbang, pagar serta membangun atau menghancurkan jembatan. Untuk melakukan tugas zeninya, sapper dilengkapi dengan kapak, selain senjatanya yaitu musket dan pedang. Sapper direkrut dari kompi grenadier atau carabinier. Seragam mereka sama dengan seragam grenadier atau carabinier, hanya saja di lengan mereka ada lambang kapak menyilang. Di bagian depan celana mereka terdapat kain penutup. Topi sapper adalah topi bulu beruang seperti topi bulu beruang grenadier hanya saja tanpa plat bergambar granat menyala. Karena sapper sebagai pembuka jalan bagi resimen, maka mereka harus berpenampilan sangar, kumis dan jenggot wajib ditumbuhkan dan dipelihara seorang sapper. Dalam satu batalyon infanteri terdapat satu sapper berpangkat kopral dan 4 prajurit sapper. Sapper bergerak maju berdampingan dengan band resimen.

Fusilier dan Chasseur

Fusilier dan Chasseur
Setiap batalyon memiliki 2 kompi elite, yaitu 1 kompi grenadier dan 1 kompi voltigeur, sedang 4-8 kompi lain adalah kompi fusilier (chasseur dalam light infantry). Kompi fusilier atau chasseur ini merupakan barisan tengah dalam formasi sebuah batalyon. Para prajurit kompi tengah ini merupakan unit reguler dan tidak memiliki gengsi tersendiri seperti prajurit elite di grenadier atau carabinier. Namun bagi mereka yang telah melewati setidaknya 2 kali peperangan, pemberani, kuat dan berpostur tinggi memiliki kesempatan untuk direkrut ke dalam kompi elite grenadier (carabinier). Apabila postur tubuh kurang tinggi, mereka masih berkesempatan direkrut ke dalam kompi elite voltigeur. Fusilier mengenakan topi bicorn hingga 1807, ketika bicorn diganti shako. Fusilier tidak mengenakan epaulette seperti kompi elite grenadier, carabinier atau voltigeur, namun rekannya di light infantry, chasseur mengenakan epaulette hingga 1813.

Grenadier dan Carabinier

Grenadier dan Carabinier
Grenadier pertama kali diperkenalkan pada pertengahan abad 17. Grenadier adalah tipe prajurit dengan fungsi khusus, yang fungsi awalnya adalah melempar granat dan operasi penyerbuan. Namun pada abad 18 melempar granat menjadi tidak efektif, namun unit grenadier tetap ada dan beralih fungsi sebagai unit elite. Dalam tentara Napoleon, grenadier berfungsi sebagai unit pengejut.

Regulasi resmi tentara Perancis, grenadier harus menjadi contoh bagaimana prajurit bertingkah laku yang baik. Setiap tahun para kapten di batalyon akan memilih 3 orang fusilier yang memenuhi syarat untuk menjadi grenadier dengan syarat setidaknya berdinas selama 2 tahun dan memiliki tinggi badan minimum 173.5 cm. Para kandidat ini kemudian diuji oleh para kapten, perwira dan bintara serta 2 prajurit senior dalam kompi grenadier. Dari syarat ini, batalyon yang berumur kurang dari dua tahun tidak memiliki kompi grenadier.

Selain kemampuan tempur yang prima, grenadier (carabinier) juga dilatih untuk mengoperasikan meriam. Grenadier (carabinier) juga diharuskan berpenampilan kuat dan menakutkan. Mereka diwajibkan menumbuhkan kumis, kerah dan epaulette mereka berwarna merah, serta topi bulu beruang membuat mereka tampak lebih tinggi. Namun karena biaya pembuatan topi bulu beruang yang mahal, pada 1805 regulasi baru mewajibkan grenadier (carabinier) mengganti topi bulu beruang dengan shako. Shako grenadier dan carabinier mempunyai tepian dan jambul berwarna merah. 

Voltigeur

Voltigeur Line dan Light Infantry
Tipe infanteri ini pertama kali diperkenalkan pada 1803, Napoleon memerintahkan pembentukan kompi ke 10 dalam light infantry. Prajurit kompi voltigeur diambil dari 6 orang terpendek dalam kompi chasseur. Tinggi rata-rata voltigeur adalah 158 cm. Dalam line infantry, kompi fusilier ke 3 menjadi kompi voltigeur. Voltigeur adalah infanteri yang dikhususkan untuk skirmish, memanjat, perang kota dan mengintai. Mereka dilatih untuk menembak dengan kecepatan dan akurasi tinggi, selain itu juga voltigeur dilatih untuk bergerak dengan kecepatan ganda (berlari-lari kecil). Pada satu keadaan tertentu kompi-kompi voltigeur dilepaskan dari batalyon induknya dan disatukan membentuk detasemen voltigeur untuk menjalani misi khusus.

Pada awalnya, voltigeur akan dipersenjatai dengan musket pendek yang digunakan dragoon dengan panjang 141.7 cm, senjata ini cocok dugunakan voltigeur yang berpostur pendek. Namun di lapangan, voltigeur dipersenjatai dengan musket panjang standar infanteri,  model 1777 (AN IX) dan bayonet. Seperti unit elit grenadier dan carabinier, voltigeur juga dipersenjatai dengan pedang pendek. Seragam voltigeur diidentikkan dengan warna kuning, di mana kerah baju, tepian shako, jambul dan pompon mereka berwarna kuning. Epaulette sebenarnya secara resmi tidak pernah diberikan pada voltigeur, namun pada kenyataannya mereka menggunakan epaulette kuning-merah dan kuninng-hijau.

Saturday, November 16, 2013

Seragam Tentara Perancis Era Napoleon

Grenadier Old Guard dengan
seragam parade
Seragam era Napoleon mungkin menjadi seragam paling glamor sepanjang sejarah militer, bisa kita bandingkan dengan era sebelum atau sesudahnya. Penuh dekorasi dan penuh warna, itulah kesan pertama yang ditangkap oleh orang yang masih awam tentang era Napoleon, atau mereka yang baru belajar mengenai era Napoleon. Mulai dari shako yang penuh ornamen hingga jaket yang berwarna-warni. Warna-warni ini bukan sekedar untuk memenuhi unsur estetika atau kemegahan, tapi juga sebagai identitas dari unit mana prajurit itu berasal. Di bagian berikutnya akan kita bahas satu persatu bagian dari seragam tentara Napoleon.


Penutup Kepala
Bagian teratas dari seragam adalah penutup kepala, yang macamnya beragam mulai topi bicorn, tricorn, shako, topi kulit beruang, helm hingga czapka. Beragamnya jenis penutup kepala ini juga sebagai identitas unit seorang prajurit. Selain identitas unit, penutup kepala bisa juga sebagai penunjuk status seorang prajurit, biasanya topi atau helm seorang prajurit akan berbeda dari topi atau helm seorang perwira.
  • Shako. 
    Shako Voltigeur dengan pompon
    Berasal dari bahasa Hungaria yaitu csákó. Shako diperkenalkan pada awal 1800an, di mana sebelumnya tentara Perancis menggunakan topi bicorn, topi yang mempunyai dua ujung (seperti yang dikenakan beberapa pengawal kraton Yogyakarta). Shako tentara Perancis berwarna hitam, dan bentuknya membesar di bagian atas (orang Indonesia lebih mengenal shako dari seragam tentara Belanda era 1800an dari lukisan atau film perjuangan yang notabene Belanda kala itu berada di bawah kendali Napoleon). Di depan shako biasanya dihiasi plat yang berbentuk persegi atau elang. Di beberapa shako infanteri, platnya bertanda angka dari resimen. Di atas plat terdapat pita tri-warna yaitu biru-merah-putih. Beberapa shako memiliki tali kelabang di depan plat dengan warna khas unit. Di bagian teratas terdapat pompon atau jambul dengan berbagai warna. Warna dari tali dan jambul menunjukkan identitas unit. Merah untuk grenadier atau grenadier, kuning untuk voltigeur, putih untuk fusilier atau chasseur. Selain infanteri, pengguna shako di kavaleri adalah Hussar dan Chasseur berkuda.
  • Bearskin (Topi Bulu Beruang). 
    Bearskin Grenadier
    Old Guard dengan plat
    bergambar elang dan
    granat
    Sekarang masih bisa kita temukan warisan penggunaan topi jenis ini pada pengawal istana Buckingham Inggris. Topi bulu beruang ini pertama kali diperkenalkan pada 1789, biasanya pengguna topi ini adalah unit-unit elite. Mulai dari level reguler, topi ini dikenakan oleh kompi elite Grenadier dari Line Infantry atau Carabinier dari Light Infantry. Di kavaleri, topi ini dikenakan oleh Carabinier berkuda (hingga 1809), Chasseur berkuda dan Hussar. Di kesatuan elite Pengawal Kekaisaran, topi ini dikenakan oleh Grenadier berkuda. Di korps artileri, dikenakan oleh artileri pengawal kekaisaran. Tapi yang paling terkenal sebagai pengguna topi ini, dan paling sering muncul di lukisan-lukisan era napoleon adalah Grenadier dan Chasseur dari infantri ter-elite dari yang elite. Bearskin Grenadier pada umumnya memiliki plat berukir granat menyala, sedang bearskin lain hanya polos tanpa plat. Namun plat bearskin Grenadier dari Old Guard lebih spesifik dan lebih megah, platnya berukir elang dan mahkota diapit dua granat menyala, menunjukkan jati diri mereka sebagai unit ter-elite di semua pasukan Kekaisaran. Tali yang menghiasi bearskin kebanyakan putih, tali merah hanya dikenakan oleh artileri. Warna jambul dari bearskin juga biasanya menyesuaikan warna talinya. Selain unit-unit tersebut, bearskin juga lazim digunakan oleh sapper atau zeni.
  • Czapka. 
    Czapka Lighthorse-Lancer
    Topi ini adalah topi tradisional Polandia, penggunaanya paling populer oleh pasukan tombak berkuda Polandia. Bentuk dasarnya mirip shako, namun czapka lebih tinggi dan melebar serta berbentuk persegi empat di atapnya. Di bagian depannya terdapat plat seperti matahari terbit, dengan logo "N" dan mahkota. Tali czapka menggantung dari sisi ke sisi. Czapka juga memiliki jambul dan pompon. Walaupun lazim sebagai topi Polandia, namun czapka juga diadopsi oleh Resimen ke 2 Lighthorse-Lancer dari Belanda,untuk menyamakan seragam dengan unit seniornya, Resimen ke 1 Lighthorse-Lancer.
  • Helm. 
    Berbagai macam helm yang
    digunakan kavaleri Perancis
    Paling lazim digunakan oleh kavaleri. Helm yang digunakan cuirassier dan dragoon mirip, namun memiliki detail berbeda. Kedua unit ini memiliki helm dengan buntut kuda yang menjuntai ke belakang. Namun helm cuirassier dilingkari bulu hitam di bagian bawahnya, sedang helm dragoon dilingkari bulu coklat atau bulu macan tutul (Dragoon Pengawal Kekaisaran). Sedang tipe helm kedua adalah helm dengan bulu jengger, helm ini digunakan carabinier dan light lancier. Carabinier menggunakan jengger merah dengan plat bertuliskan huruf "N" di depannya sedang helm light lancier berjengger hitam dan bagian dasarnya dilingkari bulu macan tutul seperti helm dragoon.



Baju
Baju terbagi menjadi tiga bagian, rompi, jaket dan mantel.
  • Rompi (Gilet à Manches). Rompi pada umumnya berwana putih, namun pada beberapa unit berwarna biru gelap. Rompi putih dikenakan pada mayoritas unit infanteri atau kavaleri, hanya light infantery yang mayoritas menggunakan rompi biru gelap walaupun beberapa unit mengenakan rompi putih juga. Sedang di artileri mayoritas unit menggunakan rompi biru gelap dengan beberapa menggunakan putih.
Jaket (Habit-veste)
  • Jaket (Habit-veste). Jaket merupakan sentral identitas seragam suatu tentara pada era Napoleon. Warna dominan menjadi penanda suatu tentara berasal dari negara mana. Biru gelap - Perancis, Putih - Austria, Saxon dan Spanyol, Merah - Inggris dan Denmark, Hijau - Rusia, Hitam - Prusia. Walaupun juga tidak menutup kemungkinan warna-warna jaket itu digunakan negara lain, sebagai contoh, Dragoon Perancis menggunakan jaket hijau, sedang Lancier Belanda di bawah Napoleon menggunakan warna merah, begitu juga sebaliknya, Hussar Inggris menggunakan warna hitam. Pada masa revolusi, jaket yang dikenakan tentara Perancis memiliki buntut yang panjang. Pada 1812, dikeluarkan regulasi Bardin, di mana buntut jaket dibuat pendek. Di bagian bawahnya terdapat logo "N" untuk fusilier, granat merah untuk grenadier dan terompet kuning untuk voltigeur. Di pundak jaket terdapat epaulette atau semacam tanda pangkat yang memiliki bentuk oval diujungnya, beberapa berumbai.
  • Mantel (Infanteri dan Kavaleri). 
    Mantel infanteri dan
    mantel kavaleri
    Sebelum 1806, mantel untuk infanteri tidak diregulasikan secara resmi. Para prajurit memesan mantel secara pribadi, hingga 1806 mantel infanteri diperkenalkan. Warna resminya adalah krem, abu-abu, biru dan coklat. Bila tidak dikenakan, mantel digulung dan diletakkan diatas tas punggung. Berbeda dengan infanteri, mantel kavaleri lebih panjang dan memiliki penutup extra di bagian lengan atas. Nampak megah digunakan ketika berkendara di atas kuda, namun menyulitkan bila dalam kondisi tempur, karena mantel ini menjuntai menutupi juga peralatan tempur. Pemanfaatan mantel ini yang paling tepat adalah digulung dan digunakan sebagai selempang, terbukti berguna melindungi prajurit kavaleri dari sabetan pedang, tombak atau bayonet.



Celana dan Sepatu
Secara umum line infantry menggunakan gaiter. Gaiter adalah kain yang menutup sepatu hingga ke atas lutut. Gaiter untuk musim panas berwarna putih sedang di musim dingin gaiter yang digunakan berwarna hitam. 1812, gaiter direvisi menjadi lebih pendek dan berwarna hitam. Celana line infantry berwarna putih. Sedang light infantry tidak ber-gaiter, mereka menggunakan sepatu bot pendek. Celananya secara umum berwarna biru gelap. Kavaleri secara umum menggunakan sepatu bot, line cavalry (cuirassier, carabinier dan dragoon) menggunakan bot tinggi hingga menutup lutut. Sedang light cavalry (chasseur dan hussar) menggunakan sepatu bot pendek seperti light infantry. Celana line cavalry secara umum berwarna putih sedang light cavalry menngunakan celana dengan warna beragam.


Berikut adalah detil seragam dari ilustrasi André Jouineau:





Sunday, October 20, 2013

Napoleon Bonaparte

Kaisar Napoleon di ruang kerja Istana Tuileries
Napoleon Bonaparte, atau Napoleon I lahir dengan nama Napoleone Buonaparte (dalam bahasa Korsika: Nabolione) di kota Ajaccio, Korsika pada 15 Agustus 1769, 3 bulan setelah jatuhnya Korsika ke tangan Perancis. Lahir dari pasangan Carlo Buonaparte dan Maria Letizia Ramolino. Napoleon adalah anak ke dua dari delapan bersaudara. Di usia Sembilan tahun (1778), Napoleon disekolahkan di sekolah militer Perancis di  Brienne-le-Chateau. Dia meraih nilai gemilang di bidang studi matematika dan geografi. Setelah lulus, Napoleon muda melanjutkan studi di Ecole Royale Militaire di Paris, di mana dia menyelesaikan studinya selama dua tahun. Ketika lulus pada 1785, Napoleon muda ditugaskan pada resimen artileri La Fère sebagai Letnan Dua. Pada masa awal revolusi Perancis, Napoleon melaluinya di Korsika. Terjebak dalam tiga faksi berbeda antara royalis kerajaan, revolusionis dan nasionalis Korsika. Napoleon memilih bergabung dengan Jacobin dan mengomandani batalyon milisi Korsika dengan pangkat Letnan Kolonel. Juli 1792, Napoleon dipromosikan menjadi kapten dalam tentara reguler.

Juli 1793, Napoleon ditunjuk sebagai komandan Artileri Republik di pasukan yang mengepung kota Toulon. Toulon dikuasai royalis kerajaan yang dibantu Inggris untuk melawan republik. Dengan gemilang Napoleon merebut kota Toulon dan menenggelamkan 10 kapal Inggris, memaksa Inggris untuk angkat kaki dari kota itu. Atas sukses itu Napoleon dipromosikan menjadi Brigadir Jenderal pada usia 24 tahun dan diberi komando atas artileri Perancis dalam Tentara Italia.  Napoleon berhadapan dengan Koalisi Pertama, pada pertempuran Saorgio, April 1794, di mana dia mengalahkan pasukan gabungan Austria-Sardinia.

Napoleon menyebrangi Alpen
3 Oktober 1795, pemberontakan royalis pecah di Paris. Napoleon sekali lagi menunjukkan kejeniusannya dan menggunakan potensi meriam dalam pertempuran. 5 Oktober, pemberontakan berhasil disapu bersih menggunakan tembakan “grapeshot” (meriam berpeluru bergerombol seperti anggur). Atas sukses ini Napoleon dipromosikan menjadi panglima Tentara Italia. Tidak lama setelah itu, Napoleon menjalin hubungan asmara dengan Joséphine de Beauharnais dan menikahinya pada 9 Maret 1796. Dua hari setelah pernikahannya, Napoleon menyebrangi Alpen, menuju Italia dan Kampanye Italia pertama dimulai. Sukses Napoleon menggulung tentara Austria dalam pertempuran Lodi dan Jembatan Arcole. Kampanye Italia menunjukkan betapa efektifnya Napoleon menggunakan artileri yang pada era itu masih dianggap sebagai elemen pendukung ketimbang elemen pemukul utama. Kampanye ini berakhir dengan perjanjian Campo Formio yang ditandatangani pada 18 Oktober 1797. Kemenangan besar pertama Napoleon, menghantar dia menjadi pahlawan perang di Perancis.

Setelah Italia, kini Napoleon mengincar Mesir. Suez adalah kunci ekspansi Perancis untuk berhubungan dengan musuh Inggris di India, Tipu Sultan. Di Mesir Napoleon harus berhadapan dengan pasukan Mamluk, di mana Napoleon meraih kemenangan telak pada pertempuran Shubra Khit. Korban di pihak Perancis hanya 29 orang, sedang Mesir kehilangan sekitar 2.000 orang. Seketika itu pula moral pasukan Perancis meningkat. 1 Agustus 1798, Horatio Nelson yang mengomandoi armada AL Inggris yang jauh lebih superior dari AL Perancis menghancurkan kapal-kapal Perancis dan menyisakan 2 kapal saja dalam pertempuran di sungai Nil. Napoleon menggerakkan 13.000 pasukannya ke utara untuk merebut kota-kota pantai seperti  Arish, Gaza, Jaffa, dan Haifa. Namun kekuatan Perancis melemah karena serangan penyakit, hingga memaksa Napoleon kembali ke Mesir pada Mei 1798.

Penobatan Napoleon dan Josephine sebagai Kaisar dan Ratu Perancis
24 Agustus 1799, mendengar Perancis terus menerus dirundung kekalahan melawan Koalisi Kedua, Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan menyerahkan komando kepada Jenderal Jean Baptiste Kléber. Napoleon kembali berperang di Italia, sekali lagi Napoleon meraih kemenangan gemilang pada pertempuran Marengo (14 Juni 1800). Kala itu situasi politik sedang carut marut dan Napoleon menggunakan momentum ini untuk merebut kendali atas Perancis. 10 November 1799, Napoleon diangkat sebagai Konsul Pertama Republik, ini menjadikan Napoleon sebagai orang paling berkuasa di Perancis. Setelah menjadi konsul pertama, Napoleon menghadapi konspirasi pembunuhan atas dirinya. Dengan dalih ini pula, akhirnya Napoleon mengakhiri masa konsulat dan membawa Perancis ke era Kekaisaran. 2 Desember 1804, Napoleon menobatkan dirinya sendiri menjadi Kaisar Perancis dan menobatkan Josephine sebagai Ratunya. Selain sebagai Kaisar Perancis, Napoleon juga dinobatkan menjadi Raja Italia dan dimahkotai dengan Mahkota Lombardy. Untuk mengamankan posisinya sebagai Kaisar dan memelihara kontrolnya atas tentara Perancis, Napoleon mengangkat 18 jenderal tertingginya menjadi Marsekal Kekaisaran (Maréchal d'Empire).

Pertempuran Austerlitz, Napoleon dengan gemilangnya mengalahkan
gabungan pasukan Austria dan Rusia
Eropa di era Napoleon mengalami masa damai yang cukup singkat dengan perjanjian damai Amiens antara Perancis-Inggris yang ditandatangani pada 25 Maret 1802. Namun Inggris mengakhiri perjanjian ini dengan menyatakan perang atas Perancis pada Mei 1803. Koalisi Ketiga terbentuk antara Inggris, Austria dan Rusia. Napoleon berencana menginvasi daratan Inggris namun supremasi AL Inggris menyebabkan sang Kaisar mengurungkan niatnya menginvasi Inggris. Napoleon kemudian mengkonsentrasikan Grande Armée (Pasukan Perancis) untuk bergerak menuju Jerman. Napoleon meraih kemenangan pada pertempuran Ulm (20 Oktober 1805), dimana dia menghajar Austria dan menawan 30.000 pasukan musuh. 2 Desember 1805, setahun penobatannya Napoleon meraih kemenangan gemilang atas Rusia dan Austria pada Pertempuran Austerlitz. Kemenangan ini sekaligus mengakhiri Koalisi Ketiga melawan Perancis.

Perjanjian Tilsit yang ditandatangani antara Napoleon dengan Kaisar
Rusia, Alexander I dilakukan di atas sebuah rakit di tengah
sungai Neman (7 Juli 1807)
Gagalnya Koalisi Ketiga menghantar ke pembentukan Koalisi Keempat pada 1806, antara Prusia, Rusia, Saxon, Swedia dan Inggris. 14 Oktober 1806, Napoleon mengalahkan Prusia dalam pertempuran Jena-Auerstedt. Dari Jena Napoleon bergerak melalui Polandia dan mengalahkan Rusia dalam pertempuran Eylau (6 Februari 1807) dan digenapkan dengan kemenangan Friedland (14 Juni 1807) yang memaksa Kaisar Rusia, Alexander I menandatangani perjanjian Tilsit (7-9 Juli 1807). Akibat Perang Koalisi Keempat adalah kebijakan Napoleon mengembargo Inggris atas Eropa, namun embargo ini terbukti tidak efektif, karena Perancis pada dasarnya bukan negara berkekuatan maritim.

Menyerahnya Madrid pada 4 Desember 1804. Dengan jatuhnya
Madrid tidak serta merta menghentikan api perlawanan rakyat
Spanyol hingga 1814, ketika Napoleon jatuh
Portugal tidak sejalan untuk ikut dalam politik embargo yang diterapkan Napoleon, hingga Napoleon menginvasi Portugal dengan disponsori Spanyol yang sudah menjadi sekutu Napoleon. Namun akhirnya Napoleon juga menginvasi Spanyol dan menyulut amarah rakyat dan tentaranya. Napoleon menyingkirkan Raja Spanyol Charles IV dan menempatkan kakaknya, Joseph Bonaparte sebagai raja. Hal ini menyulut pemberontakan Dos de Mayo yang menjadi awal Perang Spanyol. Inggris pun akhirnya turut campur tangan membantu perlawanan Spanyol atas Napoleon. Dalam perang ini Napoleon menghadapi jenis perang baru yaitu gerilya. Setelah pemberontakan merebak di seluruh penjuru negeri dan pasukan Perancis dikalahkan di banyak front, akhirnya Napoleon sendiri turun tangan dan menduduki ibukota Madrid serta mendesak Inggris untuk mundur (4 Desember 1808). Namun Napoleon harus kembali ke Perancis dan perang berlanjut hingga jatuhnya Napoleon pada 1814. Kekalahan terbesar Perancis adalah ketika 24.000 pasukan Perancis menyerah dalam pertempuran Bailén (19 Juli 1808). Kekalahan di Bailén, meruntuhkan mitos kalau tentara Napoleon tak akan pernah terkalahkan.

Pertempuran Wargram yang memaksa Austria menandatangani
perjanjian Schönbrunn
April 1809, Austria kembali menggalang pasukan untuk menghantam Napoloen. Koalisi Kelima terbentuk antara Austria dan Inggris, dalam hal ini Inggris ingin membuka front di daratan Eropa setelah turut campur dalam Perang Spanyol. Untuk kesekian kalinya Napoleon menunjukkan kelihaian tempurnya dengan kemenangan gemilang. Pertempuran pertama terjadi di Aspern-Essling (16-17 Mei 1809), di mana pasukan Perancis sempat terpukul, namun sayang Austria tidak mampu menggunakan kesempatan itu untuk menuntaskan kemenangannya. Napoleon berhasil mengumpulkan kekuatannya kembali dan memukul balik Austria di pertempuran Wargram (5-6 Juli 1809). Dengan demikian Koalisi Kelima berakhir dan Austria harus menandatangani perjanjian Schönbrunn. Untuk mengamankan posisinya atas Austria, Napoleon akhirnya menceraikan Josephine dan menikahi putri Kaisar Austria, Marie Louise pada 11 Maret 1810.

Pertempuran Borodino yang berlangsung pada 7 September 1812
merupakan pertempuran terdahsyat selama invasi Rusia
Setelah perjanjian Tilsit ditandatangani, Rusia secara otomatis mendukung politik embargo Napoleon atas Inggris. Namun Kaisar Rusia, Alexander I melanggar perjanjian Tilsit dan membuka pintu dagang dengan Inggris. Napoleon menilai ini sebuah pengkhianatan, dan menganggap Rusia sudah sepenuh hati untuk melakukan sekali lagi perang dengan Perancis. Dari pihak Alexander sendiri perlu adanya invasi ke teritorial Kekaisaran Perancis dan merebut kembali Polandia. Melihat hal ini Napoleon menyebut invasi yang akan berlangsung sebagai "Perang Polandia Ke Dua" dimana perang pertama sudah diakhiri di Tilsit, hal ini digunakan Napoleon untuk mendapat dukungan penuh dariPolandia. Invasi dimulai 23 Juni 1812 setelah sebelumnya permintaan pembicaraan damai tidak mendapat jawaban dan keesokan harinya Grande Armée dengan kekuatan 450.000 orang menyebrang sungai Neman. Rencana awal invasi ini sangat sederhana, Napoleon tidak bermaksud untuk menaklukkan Moskow. Rencananya begitu memasuki Rusia, Napoleon dengan Grande Armée yang luar biasa besar itu akan menghabisi tentara Rusia tidak jauh dari perbatasan dan memaksa Tsar Alexander untuk kembali berdamai. Namun di luar perkiraan Napoleon, yang dilakukan tentara Rusia adalah menghindar mundur ketimbang menghadapi Napoleon. Taktik mundur ini sangat mengecewakan Alexander dan mengganti kedudukan Jenderal Barclay de Tolly sebagai Panglima Rusia dengan Jenderal yang lebih berpengalaman, Mikhail Illarionovich Kutuzov. Kutuzov sendiri melihat kemungkinan menang kecil bila berhadapan dengan Napoleon secara langsung, apalagi setelah kekalahan Rusia di pertempuran Smolensk (16-18 Agustus) yang akhirnya mengambil posisi bertahan di Borodino. Pertempuran Borodino (7 September 1812), merupakan pertempuran terbesar dalam Invasi Rusia. Meski merupakan terbesar, namun pertempuran Borodino tidak memberi hasil berarti pada Napoleon, karena kedua belah pihak lebih memilih untuk menahan diri. 8 September 1812, Kutuzov memilih untuk mundur dan membuka jalan untuk Napoleon untuk memasuki Moskow.

Grande Armée yang tersisa menyebrangi sungai Berezina
14 September 1812, Napoleon bersama Grande Armée memasuki Moskow yang sudah ditinggalkan kebanyakan penduduknya setelah Kutuzov mundur sembari mengevakuasi kota itu. Setelah Napoleon menduduki Moskow, dia mengirim utusan untuk menawarkan perdamaian dengan pihak Rusia namun berkali-kali menerima penolakan. Hingga akhirnya Moskow terbakar, dan mendekatnya musim dingin serta menipisnya suplai makanan, terpaksa Napoleon menarik keluar pasukan Perancis ke luar Moskow dan memulai perjalanan mundur yang panjang (Oktober 1812). Kutuzov mendesak Grande Armée untuk melalui jalan yang dilalui ketika mereka datang, di mana sudah tidak ada apa-apa lagi untuk dijadikan suplai makanan, selain itu pasukan Napoleon selalu dibayang-bayangi Cossack, milisi Rusia berkuda yang lihai dalam mensabotase gerakan sebuah pasukan. Hingga akhirnya pada 26-29 November 1812, Napoleon dengan Grande Armée yang tersisa menyebrangi sungai Berezina, yang merupakan pertempuran akhir dari invasi Rusia. Di awal November 1812, Napoleon mendengar kabar terjadi kudeta yang dilakukan Jenderal Claude de Malet. Dengan segera Napoleon kembali ke Paris dan menyerahkan komando pada Marsekal Joachim Murat. Murat sendiri akhirnya meninggalkan medan perang menuju Napoli untuk mengurus kerajaannya dan menyerahkan komando pada Eugène de Beauharnais. 14 Desember 1812, Grande Armée meninggalkan wilayah Rusia. kegagalan di Rusia adalah titik balik dari kejayaan Napoleon, Rusia di bawah komando Kutuzov membuktikan pada Eropa kalau Napoleon bisa dikalahkan. Invasi Rusia telah meluluhlantakkan tentara Napoleon yang hebat, dari 400.000 prajurit yang dibawa menginvasi Rusia, hanya 40.000 berhasil dibawa pulang ke Perancis dalam kondisi mengenaskan.

Napoleon mengucapkan selamat tinggal pada para pengawalnya di
istana Fontainebleau pada 20 April 1814. Dari sini, Napoleon menuju
pengasingannya di pulau Elba
Termotivasi kekalahan Napoleon di Rusia, Koalisi Keenam terbentuk pada 1813. Anggota Koalisi terdiri dari Prusia, Austria, Swedia, Rusia, Inggris, Spanyol, dan Portugal. Dari kehancuran di Rusia, Napoleon membangun ulang Grande Armée dengan kekuatan 350.000 prajurit untuk menghadapi perang di medan Jerman. Total kekuatan Perancis di semua front, termasuk di Spanyol mencapai 900.000 prajurit sedang pasukan Koalisi berkekuatan satu juta lebih di semua front. Napoleon kembali meraih kemenangan di medan tempur  Lützen (2 Mei) dan Bautzen (20–21 Mei 1813). Dari Lützen dan Bautzen, Napoleon kembali meraih kemenangan di pertempuran Dresden (26-27 Agustus 1813). Namun Napoleon gagal menggenapkan kemenangannya di Dresden dan mengalihkan medan perang ke Leipzig. Di Leipzig, Napoleon dengan 175.000 prajurit menghadapi pasukan Koalisi yang berjumlah 430.000. Menderita kekalahan, Napoleon memutuskan untuk mundur ke Perancis. Kini Napoleon harus berperang di tanah Perancis terkepung dari semua sisi, gabungan Inggris, Spanyol dan Portugal menekan dari selatan dan negara koalisi lain dari arah Jerman. Hingga Paris jatuh ke tangan Koalisi pada 31 Maret 1814, dan memaksa Napoleon menandatangani pengasingan dirinya ke pulau Elba, di Istana Fontainebleau pada 4 April 1814.

Kembalinya Napoleon dari Elba
Begitu diasingkannya Napoleon ke Elba, tahta Bourbon dipulihkan dan Louis XVIII menjadi raja Perancis. Napoleon sendiri tidak diasingkan begitu saja, dia mempunyai hak didampingi pengawal pribadinya yang berasal dari Pengawal Kekaisaran sebanyak kurang lebih 1000 orang. Mendengar rumor akan disingkirkannya Napoleon ke pulau terpencil di Atlantik atau akan dibunuh, dia bertekad kembali ke Eropa. 26 Februari 1815, Napoleon bersama pengawalnya meninggalkan Elba dan mendarat di  Golfe-Juan pada 1 Maret 1815. Seiring Napoleon menuju Paris, pasukan demi pasukan bergabung dengan sang kaisar. Louis XVIII melarikan diri begitu mendengar kalau Napoleon yang  kembali mendapat dukungan tentara yang makin besar. 13 Maret 1815, Kongres Vienna menyatakan Napoleon sebagai buron. Napoleon memasuki Paris pada 20 Maret 1815, memulai apa yang kemudian dikenal dengan pemerintahan "Seratus Hari". Negara-negara Eropa segera memobilisasi pasukan menghadapi Napoleon, Napoleon sendiri berhasil memobilisasi sekitar 200.000 prajurit. Rencana Napoleon tetap sederhana dan efektif, yaitu mengalahkan musuh-musuhnya sebelum mereka berkumpul. Begitu memiliki momentum, Napoleon menggerakkan Armée du Nord (Pasukan Utara) menuju Belgia untuk berhadapan dengan Inggris di bawah komando
"La Garde Recule" Grenadier dari Old Guard dengan gagah berani
melindungi gerak mundur pasukan Perancis yang kocar-kacir
Wellington dan Prusia di bawah komando Jenderal Blücher. 16 Juni 1815, Napoleon berhasil memukul Blücher di Ligny. Namun dua hari kemudian, 18 Juni 1815, adalah pertempuran paling menentukan di medan Waterloo. Napoleon harus menghadapi kombinasi Inggris yang dibantu Prusia yang pulih dari kekalahan di Ligny, Armée du Nord tercerai berai dan Napoleon harus menelan pil pahit kekalahan.

Napoleon di atas geladak HMS Bellerophon
Napoleon kembali ke Paris tiga hari setelah kekalahan Waterloo, Dewan Perwakilan dan mayoritas rakyat Paris sudah berbalik tidak mendukung Napoleon. Menyadari hal ini, Napoleon turun tahta pada 22 Juni 1814. Mendengar kalau pasukan Prusia diperintahkan untuk menangkap Napoleon hidup atau mati, dia berencana melarikan diri ke Amerika. Namun laut sudah diblokade AL Inggris. Akhirnya Napoleon menyerahkan diri pada Kapten Frederick Maitland dari HMS Bellerophon pada 15 Juli 1815 serta meminta perlindungan politik pada Inggris. Setelah Elba, kini Napoleon kembali diasingkan. Kali ini ke pulau Saint Helena, sebuah pulau terpencil di Samudera Atlantik, 1.870 km barat pantai barat Afrika. Napoleon menjalani pengasingan dengan menyedihkan dengan diperlakukan sebagai tahanan politik, tanpa pengawal pribadi seperti di Elba atau lingkungan yang layak. Napoleon Bonaparte tutup usia pada 5 Mei 1821, kata-kata terakhirnya  adalah "France, armée, tête d'armée, Joséphine" ( Perancis, tentara, panglima tentara, Joséphine). Napoleon dikebumikan di Saint Helena, dan jasadnya baru dikembalikan ke Perancis atas permintaan Raja Louis Philippe I ke pemerintah Inggris dan dikebumikan kembali di Les Invalides, Paris pada 15 Desember 1840 dengan upacara militer.



Seperti tokoh besar idolanya, Julius Caesar, Napoleon adalah seorang jenius militer dan berambisi menyatukan Eropa. Hal yang paling mengesankan dari seorang Napoleon Bonaparte adalah kelihaiannya dalam berperang. Napoleon lahir sebagai prajurit artileri dan terbukti memanfaatkan meriam lebih efektif dari pemimpin perang Eropa manapun kala itu. Taktik Napoleon setelah eranya menjadi rujukan militer baik di Eropa maupun di Amerika. Wellington, ketika diminta pendapatnya tentang siapakah jenderal terhebat masa itu menjawab "di masa ini, di masa lampau atau di masa apapun, Napoleon"

Namun banyak hal yang telah dilakukan Napoleon, diantaranya menelurkan Codex Napoleon atau Codex Sipil. Sebuah kitab undang-undang yang mengakomodasi apa yang menjadi cita-cita Revolusi Perancis serta memberangus feodalisme. Codex Napoleon pengaruhnya masih bisa dirasakan hingga kini. Selain Codex Napoleon, dia juga mendorong kemajuan industri, sains dan seni, juga menyetarakan dan menjamin kebebasan beragama.

Napoleon dengan seragam favoritnya, jaket hijau
Horse Chasseur dengan mantel abu-abu
Fisik Napoleon dalam budaya populer sering dikatakan pendek, padahal tinggi sebenarnya adalah 5 kaki 6 inchi atau 168-169 cm di atas standar tinggi infantri Perancis saat itu yaitu 165cm. Yang membuat Napoleon terlihat pendek mungkin karena dia sering dikelilingi Grenadier dari Pengawal Kekaisaran yang tinggi standarnya adalah 180cm. Selain itu semakin bertambahnya umur, Napoleon menjadi bertambah gemuk, menambah kesan pendek pada sang kaisar. Yang menarik dari penampilan Napoleon adalah seragam yang dikenakannya. Dalam banyak lukisan, sang kaisar sering digambarkan berpakaian hijau gelap, seragam kolonel Chasseur berkuda, dengan topi hitam dan mantel abu-abu. Selain seragam hijau, Napoleon sering tampil pula dengan pakaian biru gelap dengan bagian dada berwarna putih, seragam kolonel Grenadier Pengawal Kekaisaran. Seragam Napoleon yang sederhana ini kontras sekali dengan para Marsekal serta jenderalnya yang berseragam penuh dengan renda emas.

Napoleon Bonaparte menjadi model pemimpin besar bukan karena status sosial ketika dilahirkan (kebangsawanan), namun karena kualitas individunya membawanya ke tingkat tertinggi yaitu tahta Perancis. Napoleon mendominasi satu periode 1810-1815, dominasinya begitu kuat hingga masa tersebut disebut sebagai Era Napoleon.