Saturday, November 16, 2013

Seragam Tentara Perancis Era Napoleon

Grenadier Old Guard dengan
seragam parade
Seragam era Napoleon mungkin menjadi seragam paling glamor sepanjang sejarah militer, bisa kita bandingkan dengan era sebelum atau sesudahnya. Penuh dekorasi dan penuh warna, itulah kesan pertama yang ditangkap oleh orang yang masih awam tentang era Napoleon, atau mereka yang baru belajar mengenai era Napoleon. Mulai dari shako yang penuh ornamen hingga jaket yang berwarna-warni. Warna-warni ini bukan sekedar untuk memenuhi unsur estetika atau kemegahan, tapi juga sebagai identitas dari unit mana prajurit itu berasal. Di bagian berikutnya akan kita bahas satu persatu bagian dari seragam tentara Napoleon.


Penutup Kepala
Bagian teratas dari seragam adalah penutup kepala, yang macamnya beragam mulai topi bicorn, tricorn, shako, topi kulit beruang, helm hingga czapka. Beragamnya jenis penutup kepala ini juga sebagai identitas unit seorang prajurit. Selain identitas unit, penutup kepala bisa juga sebagai penunjuk status seorang prajurit, biasanya topi atau helm seorang prajurit akan berbeda dari topi atau helm seorang perwira.
  • Shako. 
    Shako Voltigeur dengan pompon
    Berasal dari bahasa Hungaria yaitu csákó. Shako diperkenalkan pada awal 1800an, di mana sebelumnya tentara Perancis menggunakan topi bicorn, topi yang mempunyai dua ujung (seperti yang dikenakan beberapa pengawal kraton Yogyakarta). Shako tentara Perancis berwarna hitam, dan bentuknya membesar di bagian atas (orang Indonesia lebih mengenal shako dari seragam tentara Belanda era 1800an dari lukisan atau film perjuangan yang notabene Belanda kala itu berada di bawah kendali Napoleon). Di depan shako biasanya dihiasi plat yang berbentuk persegi atau elang. Di beberapa shako infanteri, platnya bertanda angka dari resimen. Di atas plat terdapat pita tri-warna yaitu biru-merah-putih. Beberapa shako memiliki tali kelabang di depan plat dengan warna khas unit. Di bagian teratas terdapat pompon atau jambul dengan berbagai warna. Warna dari tali dan jambul menunjukkan identitas unit. Merah untuk grenadier atau grenadier, kuning untuk voltigeur, putih untuk fusilier atau chasseur. Selain infanteri, pengguna shako di kavaleri adalah Hussar dan Chasseur berkuda.
  • Bearskin (Topi Bulu Beruang). 
    Bearskin Grenadier
    Old Guard dengan plat
    bergambar elang dan
    granat
    Sekarang masih bisa kita temukan warisan penggunaan topi jenis ini pada pengawal istana Buckingham Inggris. Topi bulu beruang ini pertama kali diperkenalkan pada 1789, biasanya pengguna topi ini adalah unit-unit elite. Mulai dari level reguler, topi ini dikenakan oleh kompi elite Grenadier dari Line Infantry atau Carabinier dari Light Infantry. Di kavaleri, topi ini dikenakan oleh Carabinier berkuda (hingga 1809), Chasseur berkuda dan Hussar. Di kesatuan elite Pengawal Kekaisaran, topi ini dikenakan oleh Grenadier berkuda. Di korps artileri, dikenakan oleh artileri pengawal kekaisaran. Tapi yang paling terkenal sebagai pengguna topi ini, dan paling sering muncul di lukisan-lukisan era napoleon adalah Grenadier dan Chasseur dari infantri ter-elite dari yang elite. Bearskin Grenadier pada umumnya memiliki plat berukir granat menyala, sedang bearskin lain hanya polos tanpa plat. Namun plat bearskin Grenadier dari Old Guard lebih spesifik dan lebih megah, platnya berukir elang dan mahkota diapit dua granat menyala, menunjukkan jati diri mereka sebagai unit ter-elite di semua pasukan Kekaisaran. Tali yang menghiasi bearskin kebanyakan putih, tali merah hanya dikenakan oleh artileri. Warna jambul dari bearskin juga biasanya menyesuaikan warna talinya. Selain unit-unit tersebut, bearskin juga lazim digunakan oleh sapper atau zeni.
  • Czapka. 
    Czapka Lighthorse-Lancer
    Topi ini adalah topi tradisional Polandia, penggunaanya paling populer oleh pasukan tombak berkuda Polandia. Bentuk dasarnya mirip shako, namun czapka lebih tinggi dan melebar serta berbentuk persegi empat di atapnya. Di bagian depannya terdapat plat seperti matahari terbit, dengan logo "N" dan mahkota. Tali czapka menggantung dari sisi ke sisi. Czapka juga memiliki jambul dan pompon. Walaupun lazim sebagai topi Polandia, namun czapka juga diadopsi oleh Resimen ke 2 Lighthorse-Lancer dari Belanda,untuk menyamakan seragam dengan unit seniornya, Resimen ke 1 Lighthorse-Lancer.
  • Helm. 
    Berbagai macam helm yang
    digunakan kavaleri Perancis
    Paling lazim digunakan oleh kavaleri. Helm yang digunakan cuirassier dan dragoon mirip, namun memiliki detail berbeda. Kedua unit ini memiliki helm dengan buntut kuda yang menjuntai ke belakang. Namun helm cuirassier dilingkari bulu hitam di bagian bawahnya, sedang helm dragoon dilingkari bulu coklat atau bulu macan tutul (Dragoon Pengawal Kekaisaran). Sedang tipe helm kedua adalah helm dengan bulu jengger, helm ini digunakan carabinier dan light lancier. Carabinier menggunakan jengger merah dengan plat bertuliskan huruf "N" di depannya sedang helm light lancier berjengger hitam dan bagian dasarnya dilingkari bulu macan tutul seperti helm dragoon.



Baju
Baju terbagi menjadi tiga bagian, rompi, jaket dan mantel.
  • Rompi (Gilet à Manches). Rompi pada umumnya berwana putih, namun pada beberapa unit berwarna biru gelap. Rompi putih dikenakan pada mayoritas unit infanteri atau kavaleri, hanya light infantery yang mayoritas menggunakan rompi biru gelap walaupun beberapa unit mengenakan rompi putih juga. Sedang di artileri mayoritas unit menggunakan rompi biru gelap dengan beberapa menggunakan putih.
Jaket (Habit-veste)
  • Jaket (Habit-veste). Jaket merupakan sentral identitas seragam suatu tentara pada era Napoleon. Warna dominan menjadi penanda suatu tentara berasal dari negara mana. Biru gelap - Perancis, Putih - Austria, Saxon dan Spanyol, Merah - Inggris dan Denmark, Hijau - Rusia, Hitam - Prusia. Walaupun juga tidak menutup kemungkinan warna-warna jaket itu digunakan negara lain, sebagai contoh, Dragoon Perancis menggunakan jaket hijau, sedang Lancier Belanda di bawah Napoleon menggunakan warna merah, begitu juga sebaliknya, Hussar Inggris menggunakan warna hitam. Pada masa revolusi, jaket yang dikenakan tentara Perancis memiliki buntut yang panjang. Pada 1812, dikeluarkan regulasi Bardin, di mana buntut jaket dibuat pendek. Di bagian bawahnya terdapat logo "N" untuk fusilier, granat merah untuk grenadier dan terompet kuning untuk voltigeur. Di pundak jaket terdapat epaulette atau semacam tanda pangkat yang memiliki bentuk oval diujungnya, beberapa berumbai.
  • Mantel (Infanteri dan Kavaleri). 
    Mantel infanteri dan
    mantel kavaleri
    Sebelum 1806, mantel untuk infanteri tidak diregulasikan secara resmi. Para prajurit memesan mantel secara pribadi, hingga 1806 mantel infanteri diperkenalkan. Warna resminya adalah krem, abu-abu, biru dan coklat. Bila tidak dikenakan, mantel digulung dan diletakkan diatas tas punggung. Berbeda dengan infanteri, mantel kavaleri lebih panjang dan memiliki penutup extra di bagian lengan atas. Nampak megah digunakan ketika berkendara di atas kuda, namun menyulitkan bila dalam kondisi tempur, karena mantel ini menjuntai menutupi juga peralatan tempur. Pemanfaatan mantel ini yang paling tepat adalah digulung dan digunakan sebagai selempang, terbukti berguna melindungi prajurit kavaleri dari sabetan pedang, tombak atau bayonet.



Celana dan Sepatu
Secara umum line infantry menggunakan gaiter. Gaiter adalah kain yang menutup sepatu hingga ke atas lutut. Gaiter untuk musim panas berwarna putih sedang di musim dingin gaiter yang digunakan berwarna hitam. 1812, gaiter direvisi menjadi lebih pendek dan berwarna hitam. Celana line infantry berwarna putih. Sedang light infantry tidak ber-gaiter, mereka menggunakan sepatu bot pendek. Celananya secara umum berwarna biru gelap. Kavaleri secara umum menggunakan sepatu bot, line cavalry (cuirassier, carabinier dan dragoon) menggunakan bot tinggi hingga menutup lutut. Sedang light cavalry (chasseur dan hussar) menggunakan sepatu bot pendek seperti light infantry. Celana line cavalry secara umum berwarna putih sedang light cavalry menngunakan celana dengan warna beragam.


Berikut adalah detil seragam dari ilustrasi André Jouineau:





No comments:

Post a Comment